RHETORIC: MEMBUAT PERSUASI MENJADI MUNGKIN
Aristotle melihat fungsi dari rhetoric adalah sebagai penemu dalam setiap kasus tentang sarana persuasi yang ada. Menurut Aristotle, ada 3 klasifikasi situasi pidato berdasarkan cara pandang penonton yaitu, yang pertama Courtroom (forensic) speaking, adalah contoh dari pengadilan retorik yang memusatkan bersalah atau tidak. Kedua, Ceremonial (epideictic) speaking, menumpuk pujian atau menyalahkan yang lain untuk kepentingan penonton. Ketiga, Political (deliberative) speaking, mencoba untuk mempengaruhi legislator atau pemilih yang memutuskan kebijakan di masa depan. Aristotle juga mengklasifikasikan retorik sebagai rekan dari dialectic. Dialectic adalah pencari kebenaran: retorik mencoba untuk mendemonstrasikan kebenaran yang telah di temukan. Dialistic setuju dengan kepastian: Dialistic setuju dengan adanya kemungkinan. Menurut Aristotle perbedaan terakhir ini sangat penting, retorik adalah seni menemukan cara untuk membuat suatu kebenaran terlihat lebih memungkinkan, untuk penonton yang tidak sepenuhnya yakin.
RHETORICAL PROOF: LOGOS, ETHOS, PATHOS
Menurut Aristotle, persuasi yang ada bisa jadi artistic or inartistic. Artistic adalah bukti internal yang mengandung logis, etis atau daya tarik emosional. Inartistic adalah bukti eksternal pembicara yang tidak membangun. Ada tiga jenis dari Artistic Proof:
1. Logical (logos): Bukti logis yang berasal dari argumen dalam pidato.
2. Ethos (etis): Datang dari karakter pembicara terlihat melalui pesan.
3. Pathos (emotional): Bukti emosional, berasal dari persaan pembawa pidato untuk menarik para pendengar.
Pada tahun 2000, Sarjana Amerika memilih Martin Luther King Jr.'s "I Have a Dream" sebagai pidato terbesar abad ke-20.
Bukti Logis: Baris Argumen yang Masuk Akal
Aristotle memfokuskan pada dua bentuk dari logos yaitu Ethymeme dan Example. untuk mengilustrasikan, ahli logika mungkin menciptakan silogisme berikut dari salah satu garis pemikiran King:
⦁ Mayoritas premis umum: All people are created aqual.
⦁ Minoritas spesifik premis: I am a person.
⦁ Kesimpulan: I am equal to other people.
Bukti Etis: Sumber Kredibilitas yang Dirasakan
Menurut Aristotle, Pidato yang dapat dipercaya saja tidak cukup. Seorang pembicara harus terlihat kredible juga. Dalam retorik, mengidentifikasikan ada 3 kualitas yang membangun kredibilitas yang tinggi:
⦁ Perceived Intelligence. (kecerdasan yang dapat dirasakan) audiens menilai kecerdasan oleh tumpang tindih antara keyakinan mereka dan ide pembicara.
⦁ Virtuous Character. image seorang pembawa pidato sebagai orang yang baik dan jujur.
⦁ Goodwill. penilaian positif dari niat pembawa pidato terhadap penonton.
Bukti Emosional: Menyerang Perasaan yang Responsif
Demikian, Aristotle mengemukakan teori Pathos. Phatos adalah bukti emosional yang berasal dari perasaan pembawa pidato untuk menarik para pendengar. Jika nasihat Aristotle terdengar akrab, itu mungkin tanda bahwa sifat manusia tidak banyak berubah dalam 2,300 tahun akhir.
⦁ Anger versus Mildness. (kemarahan vs kelembutan)
⦁ Love or Friendship versus Hatred. (Cinta atau Persahabatan vs Kebencian)
⦁ Fear versus Confidence. (Ketakutan vs Kepercayaan)
⦁ Indignation versus Pity. (Kejengkelan vs Belas Kasihan)
⦁ Admiration versus Envy. (Kekaguman vs Iri Hati)
THE FIVE CANONS OF RHETORIC
Para praktisi mensintesiskan kata-katanya ke dalam empat standar yang berbeda untuk mengukur kualitas seorang pembicara.
Invention. untuk menghasilkan enthymeme dan contoh yang efektif, pembawa pidato harus memiliki pengetahuan yang lengkap tentang subjek dan garis umum yang ia sampaikan serta mampu menyampaikan pidatonya dengan alasan umum untuk semua jenis pidato.
Arrangement. Menurut Aristotle, pembawa pidato harus menghindari rencana yang rumit dalam organisasi
Style. Aritotle yakin bahwa metaphor memiliki kebaikan, manis, dan kekuatan.
Delivery. Penonton menolak cara penyampaian yang terlihat direncanakan atau dipentaskan.
Memory. Sebagai seorang pembawa pidato yang baik harus bisa membawakan pidato tanpa teks dan harus mengeksplorasi segala informasi yang ia simpan di dalam kepalanya
Contoh Jurnal:
ANALISIS RETORIKA PADA PEMBENTUKAN PERSONAL
BRANDING SANDIAGA UNO SEBAGAI PEMIMPIN PUBLIK
PILKADA 2017
ABSTRAK
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana Analisis Retorika Pada Pembentukan
Personal Branding Sandiaga Uno sebagai Pemimpin Publik Pilkada 2017 dalam
rekaman video tayangan di Youtube yang berjudul “Orasi Sandiaga Uno Penetapan
Nomer” . Berkaitan dengan hal tersebut peneliti menggunakan teori Retorika menurut
Aristoteles yaitu ethos, pathos, logos untuk menganalisis retorika yang digunakan
Sandiaga Uno, lalu diklasifikasikan dengan Delapan Konsep Dalam Personal Branding
(The Eight Laws of Personal Branding) menurut Peter Montoya, 2002 untuk
mengetahui pembentukan Personal Branding Sandiaga Uno.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara terminologi. retorika dikenal dengan istilah "The art of speaking" yang
artinya "seni di dalam berbicara atau bercakap". Sandiaga Uno menggunakan retorika dan teknik penyampaiannya dengan baik,
Sehingga masyarakat terpengaruh dan yakin untuk memilih Anies-Sandi sebagai
Gubernur DKI, karena masyarakat mengganggap mereka dapat membawa Jakarta
kearah perubahan baru seperti motto yang mereka sampaikan dalam kampanye
mereka yaitu “Oke Oce!”.
Setiap proses komunikasi politik yang berlangsung, komunikator politik harus
mampu untuk menyampaikan ide-ide, pendapat, harapan, proram kerja dan bahkan
kritik atas realitas sosial politik yang mengitari proses politik untuk membentuk
percakapan politik di tengah masyarakat. Pesan politik yang disampaikan oleh
komunikator politik komunikator dipercaya mampumempengaruhi opini publik
dan membentuk personal branding komunikator politik.
1.2 Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas mengenai Pengaruh Retorika
dalam pembentukkan Personal Branding dapat mempersuasi masyarakat, penulis
ingin mengetahui Bagaimana Analisis Retorika Sandiaga Uno Terhadap Personal
Branding Sebagai Pemimpin Publik Pemilu 2017?.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana Analisis Retorika Pada
Pembentukan Personal Branding Sandiaga Uno sebagai Pemimpin Publik Pilkada
2017 dalam mempengaruhi opini dan persepsi masyarakat.
1.4 Manfaat Peneltian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Kaitkan dengan teori atau konsep dengan retorika dan elemen-elemen
personal branding
1.4.2 Manfaat Praktis.
Dapat memberikan evaluasi bagi speaker terkait dengan Retorika dan pembentukan
Personal Branding Speaker dalam berkampanye.
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka Terkait Dengan Penelitian Sebelumnya.
2.1.1 Tabel Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai retorika dalam pembentukan personal branding telah dilakukan
oleh beberapa orang. Sebelum masuk kepada tinjauan pustaka pada bab II maka perlu
diketahui penelaah terhadap beberapa penelitian sebelumnya. Pada bab ini peneliti akan
memaparkan lima penelitian jurnal terdahulu terkait dengan retorika. Pertama adalah
penelitian dari Nicki Hardyanti dengan judul “Analisis Retorika Dalam Kampanye
Pemilukada DKI Jakarta 2012” (Studi Kualitatif Analisis Retorika Jokowi – Ahok
Dalam Debat Kampanye Pemilukada DKI Jakarta 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa diksi retoris dalam pidato Presiden Soeharto
dimaksudkan untuk membuat pembaca terpersuasi oleh penulis, sesuai dengan yang
diharapkan oleh penulis.
BAB III
METODOLOGI
3.1Metodoligi Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini
biasanya dilakukan oleh para peneliti dibidang sosial dan juga dibidang yang menyoroti
masalah terkait dengan perilaku dan peranan manusia. Metode kualitatif dapat
digunakan untuk mengungkapkan dan memahami suatu dibalik fenomena. Hal ini
dikarenakan metode penelitian kualitatif mampu memberikan rincian yang kompleks
tentang fenomena yang sulit di diungkapkan pada metode kuantitatif.
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian ini berfokus dari rekaman video tayangan yang
diselenggarakan di Youtube yang berjudul “Orasi Sandiaga Uno Penetapan Nomer” Di
Publish oleh Dudi Iskandar 25 Oktober 2016.
https://www.youtube.com/watch?v=Y1wkY0hA23s&list=LLthrv0z_y4_--
2h10GCuwNA
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.
Sandiaga Uno memulai usahanya setelah sempat menjadi seorang pengangguran ketika
perusahaan yang mempekerjakannya bangkrut. Bersama rekannya, ia mendirikan
sebuah perusahaan di bidang keuangan, PT Saratoga Advisor. Usaha tersebut terbukti
sukses dan telah mengambil alih beberapa perusahaan lain . Pada tahun 2009, ia tercatat
sebagai orang terkaya urutan ke-29 di Indonesia menurut majalah Forbes. Tahun
2011, Forbes kembali merilis daftar orang terkaya di Indonesia. Ia menduduki
peringkat ke-37 dengan total kekayaan US$ 660 juta .
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Hasil Analisis Retorika
- Logos Disebut juga bukti logis. Logos menarik sisi rasional dari manusia, dan bergantung pada kemampuan pendengar dalam memproses informasi (Larson, 50 1983: 30). Dalam bukti logis, argument memiliki struktur dalam pembentukannya. Struktur argument terbaik menjadi dua jenis, yaitu inductive argument dan deductive argument.
- Ethos Yang kedua merupakan ethos, atau yang dikenal sebagai sumber kredibilitas. Kredibilitas pada faktanya didapat karena individu tersebut mendapatkan hak untuk berbicara.
- Pathos atau bukti emosional. Mempersuasi orang secara emosional lebih cepat diterima dari pada secara logika. Emosi yang paling sering digunakan adalah rasa takut.
4.3 Pembahasan
Pada pembahasan ini akan membahas narasi dari video orasi Sandiaga Uno.
Berikut adalah Narasi Video Orasi Sandiaga Uno, bersumber dari Youtube yang
berjudul “Orasi Sandiaga Uno Penetapan Nomer” Di Publish oleh Dudi Iskandar 25
Oktober 2016.
https://www.youtube.com/watch?v=Y1wkY0hA23s&list=LLthrv0z_y4_--
2h10GCuwNA
“Dan saya ingin memberikan kesempatan kepada bang Sandi untuk meneruskan
paparan silahkan..”
“Terimakasih Mas Anis, Bismillahirohmanirohim bagi kami pilkada bukanlah tempat
bertarung, untuk memecah belah. Pilkada adalah perayaan kebersamaan. Bagi kami
pilkada bukanlah lapangan untuk saling jegal, pilkada adalah kesempatan untuk maju
bersama. Karena itulah salam kami adalah salam besama, mengangkat tangan kanan
setinggi bahu dengan lima jari lalu berucap dengan penuh ajakan persahabatan,
salam bersama....'"
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Simpulan.
Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah bahwa Sandiaga Uno dalam
Video Orasi Penetapan Nomor ini, mereka memahami dan menerapkan elemen-elemen
penting dalam membangun keberhasilan sebuah retorika dan berhasil dalam
membentuk personal branding pemimpin publik pada pilkada 2017. Dari penelitian yang didapat, Sandiaga Uno berhasil
menerapkan aplikasi dari konsep elemen-elemen pembentukan personal branding yaitu
Spesialisasi (The Law of Specialization), Kepemimpinan (The Law of Leadership),
Kepribadian (The Law of Personality), Perbedaan (The Law of Distinctveness), The
Law of Visibility, Kesatuan (The Law of Unity) sehingga membentuk sebuah personal
branding sebagai pemimpin publik.
5.2 Saran.
5.2.1 Saran Akademis.
Penelitian selanjutnya harus membahas harus menggali lebih dalam apanya
lagi
Saran akademik yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini yaitu perlu
dikembangkan lagi pada referensi pustaka mengenai retorika dan pembentukan
personal branding.
5.2.2 Saran Praktis.
Peneliti juga menyarankan sebaiknya adanya penambahan sumber referensi ataupun
sumber teori yang berkaitan dengan Public Speaking (retorika).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar