Minggu, 27 Mei 2018

THE RHETORIC Of Aristotle

RHETORIC: MEMBUAT PERSUASI MENJADI MUNGKIN
Aristotle melihat fungsi dari rhetoric adalah sebagai penemu dalam setiap kasus tentang sarana persuasi yang ada. Menurut Aristotle, ada 3 klasifikasi situasi pidato berdasarkan cara pandang penonton yaitu, yang pertama Courtroom (forensic) speaking, adalah contoh dari pengadilan retorik yang memusatkan bersalah atau tidak. Kedua, Ceremonial (epideictic) speaking, menumpuk pujian atau menyalahkan yang lain untuk kepentingan penonton. Ketiga, Political (deliberative) speaking, mencoba untuk mempengaruhi legislator atau pemilih yang memutuskan kebijakan di masa depan. Aristotle juga mengklasifikasikan retorik sebagai rekan dari dialectic. Dialectic adalah pencari kebenaran: retorik mencoba untuk mendemonstrasikan kebenaran yang telah di temukan. Dialistic setuju dengan kepastian: Dialistic setuju dengan adanya kemungkinan. Menurut Aristotle perbedaan terakhir ini sangat penting, retorik adalah seni menemukan cara untuk membuat suatu kebenaran terlihat lebih memungkinkan, untuk penonton yang tidak sepenuhnya yakin.

RHETORICAL PROOF: LOGOS, ETHOS, PATHOS
Menurut Aristotle, persuasi yang ada bisa jadi artistic or inartistic. Artistic adalah bukti internal yang mengandung logis, etis atau daya tarik emosional. Inartistic adalah bukti eksternal pembicara yang tidak membangun. Ada tiga jenis dari Artistic Proof: 
1. Logical (logos): Bukti logis yang berasal dari argumen dalam pidato.
2. Ethos (etis): Datang dari karakter pembicara terlihat melalui pesan.
3. Pathos (emotional): Bukti emosional, berasal dari persaan pembawa pidato untuk menarik para pendengar.

Pada tahun 2000, Sarjana Amerika memilih Martin Luther King Jr.'s "I Have a Dream" sebagai pidato terbesar abad ke-20. 

Bukti Logis: Baris Argumen yang Masuk Akal 
Aristotle memfokuskan pada dua bentuk dari logos yaitu Ethymeme dan Example. untuk mengilustrasikan, ahli logika mungkin menciptakan silogisme berikut dari salah satu garis pemikiran King:
Mayoritas premis umum: All people are created aqual.
Minoritas spesifik premis: I am a person.
Kesimpulan: I am equal to other people. 

Bukti Etis: Sumber Kredibilitas yang Dirasakan
Menurut Aristotle, Pidato yang dapat dipercaya saja tidak cukup. Seorang pembicara harus terlihat kredible juga. Dalam retorik, mengidentifikasikan ada 3 kualitas yang membangun kredibilitas yang tinggi:
Perceived Intelligence. (kecerdasan yang dapat dirasakan) audiens menilai kecerdasan oleh tumpang tindih antara keyakinan mereka dan ide pembicara.
Virtuous Character. image seorang pembawa pidato sebagai orang yang baik dan jujur.
Goodwill. penilaian positif dari niat pembawa pidato terhadap penonton.

Bukti Emosional: Menyerang Perasaan yang Responsif
Demikian, Aristotle mengemukakan teori Pathos. Phatos adalah bukti emosional yang berasal dari perasaan pembawa pidato untuk menarik para pendengar. Jika nasihat Aristotle terdengar akrab, itu mungkin tanda bahwa sifat manusia tidak banyak berubah dalam 2,300 tahun akhir.
Anger versus Mildness. (kemarahan vs kelembutan)
Love or Friendship versus Hatred. (Cinta atau Persahabatan vs Kebencian)
Fear versus Confidence. (Ketakutan vs Kepercayaan)
Indignation versus Pity. (Kejengkelan vs Belas Kasihan)
Admiration versus Envy. (Kekaguman vs Iri Hati)

THE FIVE CANONS OF RHETORIC
Para praktisi mensintesiskan kata-katanya ke dalam empat standar yang berbeda untuk mengukur kualitas seorang pembicara.
Invention. untuk menghasilkan enthymeme dan contoh yang efektif, pembawa pidato harus memiliki pengetahuan yang lengkap tentang subjek dan garis umum yang ia sampaikan serta mampu menyampaikan pidatonya dengan alasan umum untuk semua jenis pidato.
Arrangement. Menurut Aristotle, pembawa pidato harus menghindari rencana yang rumit dalam organisasi
Style. Aritotle yakin bahwa metaphor memiliki kebaikan, manis, dan kekuatan.
Delivery. Penonton menolak cara penyampaian yang terlihat direncanakan atau dipentaskan.
Memory. Sebagai seorang pembawa pidato yang baik harus bisa membawakan pidato tanpa teks dan harus mengeksplorasi segala informasi yang ia simpan di dalam kepalanya

Contoh Jurnal:
ANALISIS RETORIKA PADA PEMBENTUKAN PERSONAL
BRANDING SANDIAGA UNO SEBAGAI PEMIMPIN PUBLIK
PILKADA 2017

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana Analisis Retorika Pada Pembentukan Personal Branding Sandiaga Uno sebagai Pemimpin Publik Pilkada 2017 dalam rekaman video tayangan di Youtube yang berjudul “Orasi Sandiaga Uno Penetapan Nomer” . Berkaitan dengan hal tersebut peneliti menggunakan teori Retorika menurut Aristoteles yaitu ethos, pathos, logos untuk menganalisis retorika yang digunakan Sandiaga Uno, lalu diklasifikasikan dengan Delapan Konsep Dalam Personal Branding (The Eight Laws of Personal Branding) menurut Peter Montoya, 2002 untuk mengetahui pembentukan Personal Branding Sandiaga Uno.

BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang Masalah
    Secara terminologi. retorika dikenal dengan istilah "The art of speaking" yang artinya "seni di dalam berbicara atau bercakap". Sandiaga Uno menggunakan retorika dan teknik penyampaiannya dengan baik, Sehingga masyarakat terpengaruh dan yakin untuk memilih Anies-Sandi sebagai Gubernur DKI, karena masyarakat mengganggap mereka dapat membawa Jakarta kearah perubahan baru seperti motto yang mereka sampaikan dalam kampanye mereka yaitu “Oke Oce!”. 
   Setiap proses komunikasi politik yang berlangsung, komunikator politik harus mampu untuk menyampaikan ide-ide, pendapat, harapan, proram kerja dan bahkan kritik atas realitas sosial politik yang mengitari proses politik untuk membentuk percakapan politik di tengah masyarakat. Pesan politik yang disampaikan oleh komunikator politik komunikator dipercaya mampumempengaruhi opini publik dan membentuk personal branding komunikator politik. 

1.2 Rumusan Masalah. 
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas mengenai Pengaruh Retorika dalam pembentukkan Personal Branding dapat mempersuasi masyarakat, penulis ingin mengetahui Bagaimana Analisis Retorika Sandiaga Uno Terhadap Personal Branding Sebagai Pemimpin Publik Pemilu 2017?.

1.3 Tujuan Penelitian 
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana Analisis Retorika Pada Pembentukan Personal Branding Sandiaga Uno sebagai Pemimpin Publik Pilkada 2017 dalam mempengaruhi opini dan persepsi masyarakat.

1.4 Manfaat Peneltian 
1.4.1 Manfaat Teoritis 
Kaitkan dengan teori atau konsep dengan retorika dan elemen-elemen personal branding 
1.4.2 Manfaat Praktis. 
Dapat memberikan evaluasi bagi speaker terkait dengan Retorika dan pembentukan Personal Branding Speaker dalam berkampanye.

BAB II 
KERANGKA PEMIKIRAN 

2.1 Tinjauan Pustaka Terkait Dengan Penelitian Sebelumnya. 
2.1.1 Tabel Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai retorika dalam pembentukan personal branding telah dilakukan oleh beberapa orang. Sebelum masuk kepada tinjauan pustaka pada bab II maka perlu diketahui penelaah terhadap beberapa penelitian sebelumnya. Pada bab ini peneliti akan memaparkan lima penelitian jurnal terdahulu terkait dengan retorika. Pertama adalah penelitian dari Nicki Hardyanti dengan judul “Analisis Retorika Dalam Kampanye Pemilukada DKI Jakarta 2012” (Studi Kualitatif Analisis Retorika Jokowi – Ahok Dalam Debat Kampanye Pemilukada DKI Jakarta 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa diksi retoris dalam pidato Presiden Soeharto dimaksudkan untuk membuat pembaca terpersuasi oleh penulis, sesuai dengan yang diharapkan oleh penulis.

BAB III 
METODOLOGI
3.1Metodoligi Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini biasanya dilakukan oleh para peneliti dibidang sosial dan juga dibidang yang menyoroti masalah terkait dengan perilaku dan peranan manusia. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkapkan dan memahami suatu dibalik fenomena. Hal ini dikarenakan metode penelitian kualitatif mampu memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit di diungkapkan pada metode kuantitatif.

3.2 Objek Penelitian 
Objek penelitian ini berfokus dari rekaman video tayangan yang diselenggarakan di Youtube yang berjudul “Orasi Sandiaga Uno Penetapan Nomer” Di Publish oleh Dudi Iskandar 25 Oktober 2016. https://www.youtube.com/watch?v=Y1wkY0hA23s&list=LLthrv0z_y4_-- 2h10GCuwNA

BAB IV 
PEMBAHASAN 
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.
Sandiaga Uno memulai usahanya setelah sempat menjadi seorang pengangguran ketika perusahaan yang mempekerjakannya bangkrut. Bersama rekannya, ia mendirikan sebuah perusahaan di bidang keuangan, PT Saratoga Advisor. Usaha tersebut terbukti sukses dan telah mengambil alih beberapa perusahaan lain . Pada tahun 2009, ia tercatat sebagai orang terkaya urutan ke-29 di Indonesia menurut majalah Forbes. Tahun 2011, Forbes kembali merilis daftar orang terkaya di Indonesia. Ia menduduki peringkat ke-37 dengan total kekayaan US$ 660 juta .

4.2 Hasil Penelitian 
4.2.1 Hasil Analisis Retorika 
  1.  Logos Disebut juga bukti logis. Logos menarik sisi rasional dari manusia, dan bergantung pada kemampuan pendengar dalam memproses informasi (Larson, 50 1983: 30).  Dalam bukti logis, argument memiliki struktur dalam pembentukannya. Struktur argument terbaik menjadi dua jenis, yaitu inductive argument dan deductive argument.
  2. Ethos Yang kedua merupakan ethos, atau yang dikenal sebagai sumber kredibilitas. Kredibilitas pada faktanya didapat karena individu tersebut mendapatkan hak untuk berbicara.
  3. Pathos atau bukti emosional. Mempersuasi orang secara emosional lebih cepat diterima dari pada secara logika. Emosi yang paling sering digunakan adalah rasa takut. 
4.3 Pembahasan 
Pada pembahasan ini akan membahas narasi dari video orasi Sandiaga Uno. Berikut adalah Narasi Video Orasi Sandiaga Uno, bersumber dari Youtube yang berjudul “Orasi Sandiaga Uno Penetapan Nomer” Di Publish oleh Dudi Iskandar 25 Oktober 2016. https://www.youtube.com/watch?v=Y1wkY0hA23s&list=LLthrv0z_y4_-- 2h10GCuwNA

“Dan saya ingin memberikan kesempatan kepada bang Sandi untuk meneruskan paparan silahkan..” “Terimakasih Mas Anis, Bismillahirohmanirohim bagi kami pilkada bukanlah tempat bertarung, untuk memecah belah. Pilkada adalah perayaan kebersamaan. Bagi kami pilkada bukanlah lapangan untuk saling jegal, pilkada adalah kesempatan untuk maju bersama. Karena itulah salam kami adalah salam besama, mengangkat tangan kanan setinggi bahu dengan lima jari lalu berucap dengan penuh ajakan persahabatan, salam bersama....'"

BAB V 
KESIMPULAN 
5.1 Simpulan. 
Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah bahwa Sandiaga Uno dalam Video Orasi Penetapan Nomor ini, mereka memahami dan menerapkan elemen-elemen penting dalam membangun keberhasilan sebuah retorika dan berhasil dalam membentuk personal branding pemimpin publik pada pilkada 2017. Dari penelitian yang didapat, Sandiaga Uno berhasil menerapkan aplikasi dari konsep elemen-elemen pembentukan personal branding yaitu Spesialisasi (The Law of Specialization), Kepemimpinan (The Law of Leadership), Kepribadian (The Law of Personality), Perbedaan (The Law of Distinctveness), The Law of Visibility, Kesatuan (The Law of Unity) sehingga membentuk sebuah personal branding sebagai pemimpin publik. 

5.2 Saran. 
5.2.1 Saran Akademis. 
Penelitian selanjutnya harus membahas harus menggali lebih dalam apanya lagi Saran akademik yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini yaitu perlu dikembangkan lagi pada referensi pustaka mengenai retorika dan pembentukan personal branding. 

5.2.2 Saran Praktis. 
Peneliti juga menyarankan sebaiknya adanya penambahan sumber referensi ataupun sumber teori yang berkaitan dengan Public Speaking (retorika). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar