Inti
dari teori yang di kembangkan oleh Ernest Bormann ini adalah jika suatu
kelompok membagi fantasi yang sama, maka akan menciptakan kesamaan simbolik dan
menciptakan kekompakan.
DRAMATISASI PESAN: INTERPRESTASI
KREATIF DARI SANA DAN KEMUDIAN
Mendramatisasi
pesan adalah bahasa imajinatif dari anggota kelompok yang mendeskripsikan masa
lalu, masa datang atau outside event; interprestasi kreatif dan kemudian (there-and-then). Mendramatisasi pesan juga mengandung
(metafora, simile, personifikasi, analogi, anekdot, ellegori, fable, naratif,
cerita, atau ekspresi ide kreatif lainnya dan syarat untuk mendramatisasi pesan
adalah semua anggota harus antusias. Contoh:
sekelompok remaja sedang camping bersama yang di adakan dari sekolah, lalu
mereka berimajinasi jika alas tidurnya menggunakan kasur yang empuk beserta
menggunakan AC di setiap tenda, supaya mereka tidak merasa kepanasan saat di
siang hari.
REAKSI RANTAI FANTASI:
LEDAKAN SIMBOLIK YANG TIDAK DAPAT DIPREDIKSI
Rantai
fantasi adalah ledakan simbolik dari kesepakatan hidup didalam sebuah grup
merespon dramatisasi pesan dari anggota. Contoh: seorang seorang atlet
panjat tebing berkata pada teman terdekatnya bahwa memanjat tebing menguji
adrenalin, dan jika ia berada di peringkat satu maka ia akan mendapatkan
mendali emas. Lalu, temannya berkata, selain mendapatkan mendali emas uang yang
didapat juga lumayan.
TEMA FANTASI—KONTEN, MOTIF, CUES, TIPE
Fantasi adalah kreatif dan imajinatif yang dibagikan dari event yang memenuhi kebutuhan psikologi grup atau retrorikal sebuah grup. Tema fantasi adalah konten dari fantasi yang teratai dalam grup. Berdasarkan dari unit analisis SCT. Contoh: Menurut seorang atlet panjat tebing yang sukses hingga sekarang, menjadi contoh bahwa menjadi seorang atlet panjat tebing tidak selalu menyebabkan kematian. Tema fantasi memiliki 4 Konsep Dasar yaitu:
Contoh: ketika
seorang atlet panjat tebing yang bernama Putra, terjatuh saat latihan di
atas dinding yang ketinggiannya 10 meter di karenakan kondisi yang kurang
memungkinkan sebelum memanjat tebing ia merasa sangat pusing. “kematian Putra
bukan karena tidak hati-hati saat latihan, tapi karena ia terlalu memaksakan
latihan saat kondisi yang kurang memungkinkan”.
- Makna: terlalu memaksakan diri disaat kondisi yang kurang fit membunuh Putra.
- Emosi: Berusaha menjadi yang terbaik dan tercepat hingga sampai atas
- Motif: Keinginan untuk mendapatkan mendali emas selanjutnya.
- Aksi: Tetap ingin menjadi atlet panjat tebing
Symbolic cue adalah kesepakatan yang memicu oleh anggota
kelompok untuk menanggapi seperti pertama kali mereka berbagi fantasi. Symbolic
cue Bisa juga seperti kata sandi, isyarat nonverbal, ungkapan, slogan, guyonan,
stiker bemper, atau cara singkat untuk membangun kembali kekuatan penuh fantasi bersama. Contoh: seperti baju yang di pakai para atlet panjat
tebing adalah "The real people, not afraid of heights". Tipe fantasi adalah sekelompok tema fantasi terkait; abstraksi yang
lebih besar menggabungkan beberapa tema fantasi konkret yang ada ketika makna
bersama diterima begitu saja.
KONVEREGENSI SIMBOLIK: KESADARAN DAN KESATUAN YANG SERING DALAM GRUP
Koveregensi simbolik adalah dua atau lebih dunia simbol pribadi, condong ke arah satu sama lain, lebih dekat bersama, atau bahkan tumpang tindih; kesadaran kelompok. Bormann menggunakan beberapa istilah untuk menggambarkan efek kelompok, consciousness— kesatuan, pertemuan fikiran, saling mengerti, realitas social umum, dan persatuan empatik. Konvergensi simbolis biasanya menghasilkan anggota kelompok cohensiveness (kekuatan) yang tinggi tertarik satu sama lain dan bersatu dalam kesenangan dan kesusahan.
PENGLIHATAN RETRORIKAL: DRAMA KOMPOSIT YANG DIBAGI OLEH KOMUNITAS RETRORIKAL
Fantasi yang dimulai dalam kelompok kecil sering dikerjakan dalam pidato publik, diangkat oleh media massa dan menyebar ke publik yang luas. Rhetrorical Vision atau penglihatan retrorikal adalah drama komposit yang menarik sekelompok besar orang ke dalam realitas simbolis umum.
Analisis Tema Fantasi
Fantasy theme analysis atau analisis tema fantasi adalah jenis kritikan retoritis yang digunakan untuk mendeteksi tema fantasi dan penglihatan retroris, metodologi interpretif SCT. Analisis tema fantasi juga sebuah tipe spesifik retrorikal kritik yang di terbangun pada asumsi dasar. Pertama, orang membangun realita sosial mereka sebuah premis yang di bagikan oleh banyak teoritis interpretif. Kedua, arti orang, makna motif dan emosi seseorang dapat terlihat dalam retrorika mereka. Jadi ketika sebuah komunitas tersebar mencakup visi retrorikal yang sama, itulah realitas untuk mereka. Berikut ada 4 poin visi retoris:
Ketika sebuah grup mulai berbagi drama yang pendapat anda akan mengkontribusi untuk budaya yang sehat, anda harus memilih drama dan feed the chain. Jika fantasi semuanya merusak, buat paranoia atau depresi, cut the chain off sedapat mungkin. Untuk membangun cohensiveness, gunakan personifikasi untuk mengidentifikasi grup anda. Yakinlah berbagi drama untuk menggambarkan sejarah grup anda saat di awal rapat. Ingat bahwa sebuah upaya konsekuensi retrorikal di pihak anda dapat berhasil memicu reaksi berantai, tetapi fantasi dapat berubah secara tidak terduga. John Cragan dan Donald Shield, menemukan visi retrorikal yang sering di pakai, satu dari tiga pesaing master analog, yaitu: righteous vision (lebih fokus pada tingkat akademis atau nilai), social vision (lebih fokus pada bersosialisasi, menambah teman baru) dan pragmatic vision (lebih fokus dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik).
KONVEREGENSI SIMBOLIK: KESADARAN DAN KESATUAN YANG SERING DALAM GRUP
Koveregensi simbolik adalah dua atau lebih dunia simbol pribadi, condong ke arah satu sama lain, lebih dekat bersama, atau bahkan tumpang tindih; kesadaran kelompok. Bormann menggunakan beberapa istilah untuk menggambarkan efek kelompok, consciousness— kesatuan, pertemuan fikiran, saling mengerti, realitas social umum, dan persatuan empatik. Konvergensi simbolis biasanya menghasilkan anggota kelompok cohensiveness (kekuatan) yang tinggi tertarik satu sama lain dan bersatu dalam kesenangan dan kesusahan.
PENGLIHATAN RETRORIKAL: DRAMA KOMPOSIT YANG DIBAGI OLEH KOMUNITAS RETRORIKAL
Fantasi yang dimulai dalam kelompok kecil sering dikerjakan dalam pidato publik, diangkat oleh media massa dan menyebar ke publik yang luas. Rhetrorical Vision atau penglihatan retrorikal adalah drama komposit yang menarik sekelompok besar orang ke dalam realitas simbolis umum.
Analisis Tema Fantasi
Fantasy theme analysis atau analisis tema fantasi adalah jenis kritikan retoritis yang digunakan untuk mendeteksi tema fantasi dan penglihatan retroris, metodologi interpretif SCT. Analisis tema fantasi juga sebuah tipe spesifik retrorikal kritik yang di terbangun pada asumsi dasar. Pertama, orang membangun realita sosial mereka sebuah premis yang di bagikan oleh banyak teoritis interpretif. Kedua, arti orang, makna motif dan emosi seseorang dapat terlihat dalam retrorika mereka. Jadi ketika sebuah komunitas tersebar mencakup visi retrorikal yang sama, itulah realitas untuk mereka. Berikut ada 4 poin visi retoris:
- Karakter: apakah para (pahlawan) pelopor untuk di dukung dan penjahat (orang yang tidak sepaham untuk dibenci?
- Plot Lines: apakah karakter bertindak konsisten dengan visi retoris?
- Scene: bagaimana deskripsi waktu dan tempat peningkatan dampak dari drama?
- Agen Sanksi: siapa atau apa yang mengesahkan visi retoris?
Ketika sebuah grup mulai berbagi drama yang pendapat anda akan mengkontribusi untuk budaya yang sehat, anda harus memilih drama dan feed the chain. Jika fantasi semuanya merusak, buat paranoia atau depresi, cut the chain off sedapat mungkin. Untuk membangun cohensiveness, gunakan personifikasi untuk mengidentifikasi grup anda. Yakinlah berbagi drama untuk menggambarkan sejarah grup anda saat di awal rapat. Ingat bahwa sebuah upaya konsekuensi retrorikal di pihak anda dapat berhasil memicu reaksi berantai, tetapi fantasi dapat berubah secara tidak terduga. John Cragan dan Donald Shield, menemukan visi retrorikal yang sering di pakai, satu dari tiga pesaing master analog, yaitu: righteous vision (lebih fokus pada tingkat akademis atau nilai), social vision (lebih fokus pada bersosialisasi, menambah teman baru) dan pragmatic vision (lebih fokus dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik).
Contoh
Penelitian:
KOMUNIKASI SIMBOLIK KAUM HOMOSEKSUAL
(STUDI FENOMENOLOGI HOMOSEKSUAL DI KOTA GORONTALO
KECAMATAN KOTA UTARA KOTA GORONTALO
KELURAHAN WONGKADITI TIMUR)
Latar Belakang
Gay merupakan bentuk perwujudan
kelainan pada pria. Proses komunikasi yang terjadi antar dua orang atau lebih
akan lebih efektif ketika dilakukan dengan orang yang memiliki latar belakang
yang sama. Dalam pergaulan dunia gay ada unsur tersendiri dalam hubungan
interaksi mereka yaitu cara berkomunikasi menggunakan bahasa mereka sendiri,
lebih tepatnya adalah bahasa homoseksual khususnya dikalangan gay.
Bahasa ini dapat berupa pesan verbal
maupun non verbal dan digunakan disaat tertentu. Bahasa tersebut akan lebih
termaknai ketika sesama gay ini bertemu, secara langsung maupun tidak langsung.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol verbal yang
di sampaikan secara lisan.
Pesan verbal merupakan jenis simbol
yang menggunakan satu kata atau lebih dari satu kata. Berkaitan dengan bahasa,
bahwa bahasa merupakan kode verbal yang dikomunikasikan dan dimaknai oleh
komunitas, budaya atau anggota yang memahaminya. Bahasa gay yang sangat mudah
dikenali ini banyak memakai akhiran kata “ONG” dan “ES” disetiap kalimat,
seperti bencES/ Encra (banci), lekES/ lekONG, lesbONG
(lesbian), mekONG (makan) dan masih
banyak lagi.
Landasan Teori
Berdasarkan
penelitian ini, peneliti memfokuskan pada komunikasi diadik dengan identifikasi
masalah “pesan-pesan verbal yang dimaknai dalam suatu simbol sebagai bahasa
antarpribadi”. Komunikasi pada
dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang.
Lambang-lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia
adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau
tanda-tanda lainnya.
Teori konvergensi simbolik ini
dipelopori Ernest Bormann. Teori ini menjelaskan bahwa suatu proses pertukaran
pesan yang menimbulkan kesadaran kelompok yang menghasilkan hadirnya sebuah
makna, motif dan persamaan bersama. Kesadaran kelompok tersebut terbangun dalam
suatu kelompok yang membangun semacam makna, motif untuk melakukan tindakan
bagi orang-orang yang berada dalam kelompok tersebut. Menurut Ernest Bormann
kata lain untuk proses konvergensi simbolik adalah tema fantasi. Bormann
mendefinisikan tema fantasi sebagai isi pesan yang didramatisasi hingga memicu
rantai fantasi (the content of the dramatizing message that sparks the fantasy
chain). Menurut Miller, fantasy theme (tema fantasi), yang diartikan sebagai
dramatisasi pesan, dapat berupa lelucon, analogi, permainan kata, cerita dan
sebagainya, yang memompa semangat berinteraksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peneliti membahas mengenai komunikasi
simbolik yang digunakan oleh kaum homoseksual pada umumnya, lebih spesifiknya
kaum homoseksual yang ada di Kota Gorontalo Kecamatan Kota Utara Kelurahan Wongkaditi
Timur.
1.
Keberadaan Homoseksual Di Wongkaditi
Timur
Wongkaditi Timur merupakan kelurahan
yang berbatasan dengan Kelurahan Dulomo, Desa Toto, Kelurahan Wongkaditi Barat
dan Dembe II. Kehidupan mereka umumnya seperti warga di kelurahan ini.
Keberadaan homoseksual di kelurahan ini memang sangat tidak terlihat karena
pada pagi harinya mereka lebih melakukan aktifitas seperti warga normal.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba
untuk mengidentifikasi bahasa simbolik yang digunakan oleh waria ketika berada
di salon yang ada di Kelurahan Wongkaditi Timur dan Dembe II. Wongkaditi Timur
merupakan salah satu kelurahan yang didatangi oleh homoseksual yang umumnya
bukan tinggal dari kelurahan ini di karenakan ada aktifitas mereka bersama warga
yang tinggal di kelurahan ini hanya untuk datang untuk melakukan kegiatan
karaoke di setiap pesta-pesta pernikahan warga yang bersebelahan dengan
kelurahan ini atau pun dikelurahan ini.
2.
Pesan Simbolik Interaksi dalam Kaum
Homoseksual
Hubungan interaksi kaum homoseksual
sangat unik dengan cara merubah kata atau menambahkan kata sehingga makna dari
arti kata tersebut memiliki arti tersendiri yang hanya dimengerti oleh mereka
sendiri. Istilah atau Bahasa yang digunakan oleh kaum homoseksual terdiri dari
beberapa jenis. Ada yang berimbuhan, kata serapan dan kata plesetan.
Istilah yang berimbuhan adalah
merupakan kata yang ditambahkan beberapa huruf entah dibelakang kata, tengah
kata atau depan kata. Dalam kata yang berimbuhan identitas katanya akan mudah
dikenali, dari mana bahasa ini dan siapa yang menggunakannya. Istilah plesetan
merupakan istilah yang tidak berdasarkan dari kata apapun, karena memang
istilah plesetan tidak berasal dari sumber manapun atau nama apapun. Karena
tidak berasal dari sumber manapun istilah ini memiliki ciri-ciri yang sangat
susah dikenali maknanya.
KESIMPULAN
Kesimpulan antara lain :
1. Kata dalam bahasa homoseksual dapat
dikenali dari klasifikasi istilah yang berimbuhan, istilah serapan dan istilah
plesetan. Kata dalam istilah homoseksual lebih cenderung dikemas dalam suatu
simbol sehingga pesan tersebut menjadi pesan simbol para kaum homoseksual yang
memiliki makna yang hanya dimengerti oleh para penuturnya.
2. Bahasa dalam istilah homoseksual tidak
saja mampu dituturkan oleh kaum homoseksual saja, akan tetapi istilah – istilah
tersebut telah menyebar ke kalangan masyarakat diluar dari komunitasnya atau
masyarakat normal. Hal ini dikarenakan mereka yang memiliki hubungan pertemanan
dan hubungan spesial dengan para kaum homoseksual. Bahasa dalam istilah
homoseksual dapat berubah kapan saja dikarenakan bahasa ini melakukan perubahan
sesuai dengan trend masa kini. Saran antara lain : Bagi Masyarakat,
1.
Peranan
dari keluarga sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak kedepan. Maka dari
itu sangat dibutuhkan pola asuh yang baik dari keluarga terutama dalam menjalin
komunikasi yang baik dengan anak. Ini dilakukan agar keluarga bisa tetap
mengawasi aktivitas yang terjadi diluar lingkungan keluarga.
2.
Untuk
para remaja kiranya dapat menyadari karakteristik kaum homoseksual terutama gay
dari penampilan, sifat dan juga tutur kata.
3.
Untuk
peneliti selanjutnya hendaknya dalam melakukan penelitian homoseksual harus
melakukan tindakan silang, peneliti wanita lebih cenderung untuk melakukan
penelitian pada kaum homoseksual gay dan waria. Sebaliknya dengan peneliti laki
– laki hendaknya dalam melakukan penelitian homoseksual lebih cenderung ke
lesbian. Hal tersebut berguna untuk menjaga keselamatan atau ancaman lain dari
para homoseksual untuk para peneliti selanjutnya. Bagi Pemerintah;
1.
Kiranya
untuk pemerintah setempat, kaum homoseksual merupakan bagian dari masyarakat
yang ingin di terima di tengah-tengah lingkungan sosial. Oleh karena itu
pemerintah kiranya dapat mendukung serta memberikan arahan dan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk bisa ikut serta dalam mensosialisasikan tentang
kesehatan seperti halnya dengan memperingati hari HIV/AIDS kepada masyarakat,
agar kiranya mereka tidak dianggap lagi sebagai masyarakat yang termajinalkan.
Daftar Pustaka
Hai Gadis, contoh yang kamu berikan sudah cukup tepat. Hanya saja untuk contoh penelitian tolong kamu jelaskan lebih anjut dengan menggunakan konsep2 dalam teori konvergensi sim bolik. Sepertinya contoh penelitiamu di atas menggunakan 2 teori : Interaksionisme Simbolik (makanya fokus pada penggunaan bahasa kaun Gay) dan Konvergensi Simbolik. Nah yg teori konvergensi simboliknya kurang kelihatan.
BalasHapusNilai sementara 74, bisa naik jika kamu mau kerjakan poin revisi di atas.