Sabtu, 14 April 2018

SYMBOLIC CONVERGENCE THEORY Of Ernest Bormann

Inti dari teori yang di kembangkan oleh Ernest Bormann ini adalah jika suatu kelompok membagi fantasi yang sama, maka akan menciptakan kesamaan simbolik dan menciptakan kekompakan.

DRAMATISASI PESAN: INTERPRESTASI KREATIF DARI SANA DAN KEMUDIAN
Mendramatisasi pesan adalah bahasa imajinatif dari anggota kelompok yang mendeskripsikan masa lalu, masa datang atau outside event; interprestasi kreatif dan kemudian (there-and-then).  Mendramatisasi pesan juga mengandung (metafora, simile, personifikasi, analogi, anekdot, ellegori, fable, naratif, cerita, atau ekspresi ide kreatif lainnya dan syarat untuk mendramatisasi pesan adalah semua anggota harus antusias.  Contoh: sekelompok remaja sedang camping bersama yang di adakan dari sekolah, lalu mereka berimajinasi jika alas tidurnya menggunakan kasur yang empuk beserta menggunakan AC di setiap tenda, supaya mereka tidak merasa kepanasan saat di siang hari.

REAKSI RANTAI FANTASI: LEDAKAN SIMBOLIK YANG TIDAK DAPAT DIPREDIKSI
Rantai fantasi adalah ledakan simbolik dari kesepakatan hidup didalam sebuah grup merespon dramatisasi pesan dari anggota. Contoh: seorang seorang atlet panjat tebing berkata pada teman terdekatnya bahwa memanjat tebing menguji adrenalin, dan jika ia berada di peringkat satu maka ia akan mendapatkan mendali emas. Lalu, temannya berkata, selain mendapatkan mendali emas uang yang didapat juga lumayan.


TEMA FANTASI—KONTEN, MOTIF, CUES, TIPE
Fantasi adalah kreatif dan imajinatif yang dibagikan dari event yang memenuhi kebutuhan psikologi grup atau retrorikal sebuah grup. Tema fantasi adalah konten dari fantasi yang teratai dalam grup. Berdasarkan dari unit analisis SCT. Contoh: Menurut seorang atlet panjat tebing yang sukses hingga sekarang, menjadi contoh bahwa menjadi seorang atlet panjat tebing tidak selalu menyebabkan kematian. Tema fantasi memiliki 4 Konsep Dasar yaitu:
Contoh: ketika seorang atlet panjat tebing yang bernama Putra, terjatuh saat latihan di atas dinding yang ketinggiannya 10 meter di karenakan kondisi yang kurang memungkinkan sebelum memanjat tebing ia merasa sangat pusing. “kematian Putra bukan karena tidak hati-hati saat latihan, tapi karena ia terlalu memaksakan latihan saat kondisi yang kurang memungkinkan”.
  • Makna: terlalu memaksakan diri disaat kondisi yang kurang fit membunuh Putra.
  • Emosi: Berusaha menjadi yang terbaik dan tercepat hingga sampai atas
  • Motif: Keinginan untuk mendapatkan mendali emas selanjutnya.
  • Aksi: Tetap ingin menjadi atlet panjat tebing
Symbolic cue adalah kesepakatan yang memicu oleh anggota kelompok untuk menanggapi seperti pertama kali mereka berbagi fantasi. Symbolic cue Bisa juga seperti kata sandi, isyarat nonverbal, ungkapan, slogan, guyonan, stiker bemper, atau cara singkat untuk membangun kembali kekuatan penuh fantasi bersamaContoh: seperti baju yang di pakai para atlet panjat tebing adalah "The real people, not afraid of heights". Tipe fantasi adalah sekelompok tema fantasi terkait; abstraksi yang lebih besar menggabungkan beberapa tema fantasi konkret yang ada ketika makna bersama diterima begitu saja

KONVEREGENSI SIMBOLIK: KESADARAN DAN KESATUAN YANG SERING DALAM GRUP
Koveregensi simbolik adalah dua atau lebih dunia simbol pribadi, condong ke arah satu sama lain, lebih dekat bersama, atau bahkan tumpang tindih; kesadaran kelompok. Bormann menggunakan beberapa istilah untuk menggambarkan efek kelompok, consciousness— kesatuan, pertemuan fikiran, saling mengerti, realitas social umum, dan persatuan empatik. Konvergensi simbolis biasanya menghasilkan anggota kelompok cohensiveness (kekuatan) yang tinggi tertarik satu sama lain dan bersatu dalam kesenangan dan kesusahan.

PENGLIHATAN RETRORIKAL: DRAMA KOMPOSIT YANG DIBAGI OLEH KOMUNITAS RETRORIKAL
Fantasi yang dimulai dalam kelompok kecil sering dikerjakan dalam pidato publik, diangkat oleh media massa dan menyebar ke publik yang luas. Rhetrorical Vision atau penglihatan retrorikal adalah drama komposit yang menarik sekelompok besar orang ke dalam realitas simbolis umum. 

Analisis Tema Fantasi
Fantasy theme analysis atau analisis tema fantasi adalah jenis kritikan retoritis yang digunakan untuk mendeteksi tema fantasi dan penglihatan retroris, metodologi interpretif SCT. Analisis tema fantasi juga sebuah tipe spesifik retrorikal kritik yang di terbangun pada asumsi dasar. Pertama, orang membangun realita sosial mereka sebuah premis yang di bagikan oleh banyak teoritis interpretif. Kedua, arti orang, makna motif dan emosi seseorang dapat terlihat dalam retrorika mereka. Jadi ketika sebuah komunitas tersebar mencakup visi retrorikal yang sama, itulah realitas untuk mereka. Berikut ada 4 poin visi retoris:

  • Karakter: apakah para (pahlawan) pelopor untuk di dukung dan penjahat (orang yang tidak sepaham untuk dibenci?
  • Plot Lines: apakah karakter bertindak konsisten dengan visi retoris?
  • Scene: bagaimana deskripsi waktu dan tempat peningkatan dampak  dari drama?
  • Agen Sanksi: siapa atau apa yang mengesahkan visi retoris?
TEORI KE PRAKTIK: ANJURAN UNTUK MENAIKKAN COLLAGE EXPERIENCE
Ketika sebuah grup mulai berbagi drama yang pendapat anda akan mengkontribusi untuk budaya yang sehat, anda harus memilih drama dan feed the chain. Jika fantasi semuanya merusak, buat paranoia atau depresi, cut the chain off sedapat mungkin. Untuk membangun cohensiveness, gunakan personifikasi untuk mengidentifikasi grup anda. Yakinlah berbagi drama untuk menggambarkan sejarah grup anda saat di awal rapat. Ingat bahwa sebuah upaya konsekuensi retrorikal  di pihak anda dapat berhasil memicu reaksi berantai, tetapi fantasi dapat berubah secara tidak terduga. John Cragan dan Donald Shield, menemukan visi retrorikal yang sering di pakai, satu dari tiga pesaing master analog, yaitu: righteous vision (lebih fokus pada tingkat akademis atau nilai), social vision (lebih fokus pada bersosialisasi, menambah teman baru) dan pragmatic vision (lebih fokus dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik).


Contoh Penelitian:

KOMUNIKASI SIMBOLIK KAUM HOMOSEKSUAL
(STUDI FENOMENOLOGI HOMOSEKSUAL DI KOTA GORONTALO
KECAMATAN KOTA UTARA KOTA GORONTALO
KELURAHAN WONGKADITI TIMUR)

Latar Belakang
          Gay merupakan bentuk perwujudan kelainan pada pria. Proses komunikasi yang terjadi antar dua orang atau lebih akan lebih efektif ketika dilakukan dengan orang yang memiliki latar belakang yang sama. Dalam pergaulan dunia gay ada unsur tersendiri dalam hubungan interaksi mereka yaitu cara berkomunikasi menggunakan bahasa mereka sendiri, lebih tepatnya adalah bahasa homoseksual khususnya dikalangan gay.
Bahasa ini dapat berupa pesan verbal maupun non verbal dan digunakan disaat tertentu. Bahasa tersebut akan lebih termaknai ketika sesama gay ini bertemu, secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol verbal yang di sampaikan secara lisan.
Pesan verbal merupakan jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih dari satu kata. Berkaitan dengan bahasa, bahwa bahasa merupakan kode verbal yang dikomunikasikan dan dimaknai oleh komunitas, budaya atau anggota yang memahaminya. Bahasa gay yang sangat mudah dikenali ini banyak memakai akhiran kata “ONG” dan “ES” disetiap kalimat, seperti bencES/ Encra (banci), lekES/ lekONG, lesbONG (lesbian), mekONG (makan) dan masih banyak lagi.

Landasan Teori
          Berdasarkan penelitian ini, peneliti memfokuskan pada komunikasi diadik dengan identifikasi masalah “pesan-pesan verbal yang dimaknai dalam suatu simbol sebagai bahasa antarpribadi”.          Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang-lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.
Teori konvergensi simbolik ini dipelopori Ernest Bormann. Teori ini menjelaskan bahwa suatu proses pertukaran pesan yang menimbulkan kesadaran kelompok yang menghasilkan hadirnya sebuah makna, motif dan persamaan bersama. Kesadaran kelompok tersebut terbangun dalam suatu kelompok yang membangun semacam makna, motif untuk melakukan tindakan bagi orang-orang yang berada dalam kelompok tersebut. Menurut Ernest Bormann kata lain untuk proses konvergensi simbolik adalah tema fantasi. Bormann mendefinisikan tema fantasi sebagai isi pesan yang didramatisasi hingga memicu rantai fantasi (the content of the dramatizing message that sparks the fantasy chain). Menurut Miller, fantasy theme (tema fantasi), yang diartikan sebagai dramatisasi pesan, dapat berupa lelucon, analogi, permainan kata, cerita dan sebagainya, yang memompa semangat berinteraksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
          Peneliti membahas mengenai komunikasi simbolik yang digunakan oleh kaum homoseksual pada umumnya, lebih spesifiknya kaum homoseksual yang ada di Kota Gorontalo Kecamatan Kota Utara Kelurahan Wongkaditi Timur.  
1.   Keberadaan Homoseksual Di Wongkaditi Timur
Wongkaditi Timur merupakan kelurahan yang berbatasan dengan Kelurahan Dulomo, Desa Toto, Kelurahan Wongkaditi Barat dan Dembe II. Kehidupan mereka umumnya seperti warga di kelurahan ini. Keberadaan homoseksual di kelurahan ini memang sangat tidak terlihat karena pada pagi harinya mereka lebih melakukan aktifitas seperti warga normal.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk mengidentifikasi bahasa simbolik yang digunakan oleh waria ketika berada di salon yang ada di Kelurahan Wongkaditi Timur dan Dembe II. Wongkaditi Timur merupakan salah satu kelurahan yang didatangi oleh homoseksual yang umumnya bukan tinggal dari kelurahan ini di karenakan ada aktifitas mereka bersama warga yang tinggal di kelurahan ini hanya untuk datang untuk melakukan kegiatan karaoke di setiap pesta-pesta pernikahan warga yang bersebelahan dengan kelurahan ini atau pun dikelurahan ini.

2.   Pesan Simbolik Interaksi dalam Kaum Homoseksual
Hubungan interaksi kaum homoseksual sangat unik dengan cara merubah kata atau menambahkan kata sehingga makna dari arti kata tersebut memiliki arti tersendiri yang hanya dimengerti oleh mereka sendiri. Istilah atau Bahasa yang digunakan oleh kaum homoseksual terdiri dari beberapa jenis. Ada yang berimbuhan, kata serapan dan kata plesetan.
Istilah yang berimbuhan adalah merupakan kata yang ditambahkan beberapa huruf entah dibelakang kata, tengah kata atau depan kata. Dalam kata yang berimbuhan identitas katanya akan mudah dikenali, dari mana bahasa ini dan siapa yang menggunakannya. Istilah plesetan merupakan istilah yang tidak berdasarkan dari kata apapun, karena memang istilah plesetan tidak berasal dari sumber manapun atau nama apapun. Karena tidak berasal dari sumber manapun istilah ini memiliki ciri-ciri yang sangat susah dikenali maknanya.

KESIMPULAN
Kesimpulan antara lain :
1.    Kata dalam bahasa homoseksual dapat dikenali dari klasifikasi istilah yang berimbuhan, istilah serapan dan istilah plesetan. Kata dalam istilah homoseksual lebih cenderung dikemas dalam suatu simbol sehingga pesan tersebut menjadi pesan simbol para kaum homoseksual yang memiliki makna yang hanya dimengerti oleh para penuturnya.
2.    Bahasa dalam istilah homoseksual tidak saja mampu dituturkan oleh kaum homoseksual saja, akan tetapi istilah – istilah tersebut telah menyebar ke kalangan masyarakat diluar dari komunitasnya atau masyarakat normal. Hal ini dikarenakan mereka yang memiliki hubungan pertemanan dan hubungan spesial dengan para kaum homoseksual. Bahasa dalam istilah homoseksual dapat berubah kapan saja dikarenakan bahasa ini melakukan perubahan sesuai dengan trend masa kini. Saran antara lain : Bagi Masyarakat,
1.    Peranan dari keluarga sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak kedepan. Maka dari itu sangat dibutuhkan pola asuh yang baik dari keluarga terutama dalam menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Ini dilakukan agar keluarga bisa tetap mengawasi aktivitas yang terjadi diluar lingkungan keluarga.
2.    Untuk para remaja kiranya dapat menyadari karakteristik kaum homoseksual terutama gay dari penampilan, sifat dan juga tutur kata.
3.    Untuk peneliti selanjutnya hendaknya dalam melakukan penelitian homoseksual harus melakukan tindakan silang, peneliti wanita lebih cenderung untuk melakukan penelitian pada kaum homoseksual gay dan waria. Sebaliknya dengan peneliti laki – laki hendaknya dalam melakukan penelitian homoseksual lebih cenderung ke lesbian. Hal tersebut berguna untuk menjaga keselamatan atau ancaman lain dari para homoseksual untuk para peneliti selanjutnya. Bagi Pemerintah;
1.    Kiranya untuk pemerintah setempat, kaum homoseksual merupakan bagian dari masyarakat yang ingin di terima di tengah-tengah lingkungan sosial. Oleh karena itu pemerintah kiranya dapat mendukung serta memberikan arahan dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bisa ikut serta dalam mensosialisasikan tentang kesehatan seperti halnya dengan memperingati hari HIV/AIDS kepada masyarakat, agar kiranya mereka tidak dianggap lagi sebagai masyarakat yang termajinalkan.





Daftar Pustaka

1 komentar:

  1. Hai Gadis, contoh yang kamu berikan sudah cukup tepat. Hanya saja untuk contoh penelitian tolong kamu jelaskan lebih anjut dengan menggunakan konsep2 dalam teori konvergensi sim bolik. Sepertinya contoh penelitiamu di atas menggunakan 2 teori : Interaksionisme Simbolik (makanya fokus pada penggunaan bahasa kaun Gay) dan Konvergensi Simbolik. Nah yg teori konvergensi simboliknya kurang kelihatan.

    Nilai sementara 74, bisa naik jika kamu mau kerjakan poin revisi di atas.

    BalasHapus