Sabtu, 19 Januari 2019

Budget Traveling (Trip to Singapore)

Hai guys! kali ini aku bakal kasih tau kalian budget traveling ke Singapore dari yang on budget hingga low budget ala backpacker, Lho! Nah, Kali ini aku pilih ke negara Singapore karena disana banyak banget tempat spot foto untuk kamu para Instagramable! Yuk, mari di simak baik-baik.

1. Melakukan Riset Harga Tiket
Tentunya, sebelum pergi ke Singapore pastinya kamu harus melakukan riset terlebih dahulu. Untuk kalian yang lagi on budget harga tiket normal ke Singapore satu arah Jakarta-Singapore itu sekitar Rp. 400.000 - Rp. 600.000. Nah, buat yang lagi low budget jangan sedih! Kalian bisa nunggu harga promo tiket murah dengan harga sekitar Rp. 200.000 - Rp. 300.00. Dan untuk kamu yang beruntung, kamu bisa dapet tiket promo dengan harga Rp. 150.000 an aja lho!

2.     Penginapan
Lanjut ke tempat penginapan, gak mungkin kan kita gak istirahat selama liburan disana? haha tentunya kamu harus ngeriset juga nih tentang harga penginapan disana dan untuk kalian yang lagi low budget bisa banget nih menginap di hostel, menginap di hostel saja bisa meraih kocek seharga Rp. 170 ribuan. cukup murah kan? tapi yang pastinya kamu tidur di satu ruangan bersama backpacker lain..eh, tapi jangan khawatir model tempat tidurnya ini Bunk Bed kok.
Source: Google (Checkers Backpackers)



Checkers Backpackers (Hostel)
Harga: Rp. 171.385
Lokasi: 46, 48, 50 Campbell Lane, Singapore, Singapore, 209918

Dan untuk yang on budget, ada nih hotel bintang 4 dan yang ingin menikmati fasilitas hotel mewah di singapura, kamu bisa menginap di hotel Jen Orchardgateway. Hotel berbintang 4 ini bisa meraih kocek dengan harga Rp 2 jutaan. Harga yang cukup "wow" untuk sebuah hotel bukan? Tapi tidak usah khawatir, tarif itu akan terbayar sudah jika dibandingkan dengan bangunan hotelnya yang tinggi dan megah dengan lampu kerlap-kerlipnya yang menentramkan jiwa ketika memandangnya.

Source: Google (Jen Orchardgateway)



Jen Orchardgateway (bintang 4)
Harga: Rp. 2.019.970
Lokasi: 277 Orchard Rd, Singapore 238858

3.     Kuliner
Untuk masalah kuliner di Singapore memang paling juara! Murah dan enak tentunya, nah untuk kamu nih yang lagi low budget kamu bisa nemuin makanan ini semua di kedai pinggir jalan Singapore dan harganya juga tidak mencapai Rp. 25.000, gimana? murah kan?

Source: Google (Roti Prata)


Rahmath Muslim Food
Harga: Rp. 8.550 ribu/ $ 0,90
Lokasi: 32 Defu Lane, Segera Segera Lai Eating House # 01-14 Singapore 539.213

Source: Google (Nasi Lemak)
Boon Lay Nasi Lemak
Harga: Rp. 23.750/ $ 2,50
Lokasi: #01-06, Boon Lay Place Market and Food Centre, 221 Boon Lay Place

Buat yang lagi on budget nih, makan sepuasnya walaupun harganya bikin kalian shock! tapi jangan salah, tentunya makanannya pasti sebanding dengan harganya.

Source: Google (Colony)

Colony (Buffet)
Harga: Rp. 740.000/orang $74
Lokasi:Level 3 THE RITZ-CARLTON  MILLENIA SINGAPORE, 7 RAFFLES AVENUE, 039799

4.     Tempat Wisata
Nah buat kamu nih yang lagi low budget, jangan sedih! kalian bisa banget ngunjungi tempat yang satu ini dan nikmati suasana di park sana. Tentunya gratis donggg!

Source: Google (Raffles' Landing Site)

Source: Google (Singapore)
Source: Google (Clarke Quay)
Clarke Quay
Di tempat ini, kamu bisa menikmati deretan bangunan bernuansa China, sembari menikmati indahnya gemerlap lampu warna-warni yang cahayanya memantul di permukaan sungai. Keren kan?

Nah tempat wisata satu ini harus banget kamu kunjungi ketika kamu sedang on budget, karena dengan harga tiket masuknya yang tidak murah dan disana pula kalian bisa menikmati wahana yang ada disana! Dan ini dia tempatnya.

Google: Universal Studios Singapore


Universal Studios Singapore

Siapa sih yang tidak mengenali tempat ini? dengan berbagai macam wahana yang ada disana dan harga tiketnya yang bisa di bilang cukup mahal, untuk e-ticket nya sendiri bisa menghabiskan Rp. 835.000. 


Nah, bagaimana? apa kalian tertarik untuk mengunjungi negara singa ini? kalian tinggal pilih mau yang on budget atau low budget




Sabtu, 07 Juli 2018

PARTICIPATORY MEDIA CULTURES

INTRODUCTION: DARI KOMUNIKASI MASSA KE MEDIA SOSIAL KONVERSI
Konsep atau komunikasi massa muncul  pertama kali di abad kedua puluh, terkait dengan bidang studi komunikasi yang muncul. Di akun klasik Harold Lasswell (1995:93), komunikasi tentang:
· Who (sender)
· Says what (message)
· In which channel (media)
· To whom (receiver)
· With what effect?

paradigma komunikasi massa pada gilirannya bertumpu pada model komunikasi transmisi, yang memungkinkan untuk faktor-faktor seperti umpan balik (feedback), kebisingan dan kegagalan sinyal melihat komunikasi sebagai aliran satu arah pesan dari sender (biasanya sedikit) ke receivers (biasanya banyak). itu biasanya terkait dengan konsep-konsep seperti masyarakat massa dan budaya massa, dan asumsi yang mendasar adalah bahwa 'penonton yang merupakan penerima akhir dari proses komunikasi itu harus dianggap sebagai "massa" dan "para massa".

MEDIA PARTISIPATOR
Konsep dari media partisipator biasanya memiliki dua elemen berbeda. Yang pertama, Mereka adalah bentuk-bentuk media yang secara beragam disebut radikal, komunitas atau alternatif yang secara sadar disusun untuk berbeda dengan media arus utama. kedua, ada literatur kajian media dan budaya tentang pengembangan budaya partisipatif di sekitar media arus utama, seperti yang terlihat, misalnya, dalam studi tentang budaya penggemar dan khalayak aktif.

Chris Atton (2002: 25) mendefinisikan media alternatif sebagai ciri khas:
  1. De-professionalisation: kapastias untuk menulis, menerbitkan, dan mendistribusi berita, ide, dan komen, tidak tergantung pada skill yang professional, nilai dan norma.
  2. De-institution: kemampuan untuk mendapatkan kejelasan media yang berbeda (prespektif alternatif dalam acara berita, investigasi jurnalis, alternatif music dan seterusnya) 
  3. De-capitalisation: kemauan untuk mendistribusi media dalam segala bentuk, melalui mekanisme yang memerlukan investasi rendah di muka dan biaya rendah


PRO-ARMS, PEMBUATAN BUDAYA DAN KREATIVITAS SETIAP HARI
dari diskusi sejauh ini dari media sosial dan teknologi dan platform web 2.0, kita dapat mengikuti rheingold (2008) mengidentifikasi tiga kecenderungan yang saling terkait:
  1. Flattened hierarchies antara konten producer dan konsumen dalam usia banyak ke banyak komunikasi media
  2. New oppurtunities for participation, dan kekuatan yang ditingkatkan untuk terhubung dengan orang lain yang memiliki minat yang sama
  3. Network amplification, yang dimana “jaringan sosial memungkinkan koordinasi kegiatan yang lebih luas, lebih cepat, dan lebih murah” (Rheingold 2008:25)


DIGITAL DIALOGUE OR CONVERGENCE SCEPTICISM? ASSESSING PARTICIPATORY MEDIA CULTURE

Munculnya budaya media partisipatif harus dinilai secara positif atau negatif telah muncul sepanjang bab ini. kembali ke pembahasan di bab ini tentang apakah transformasi terjadi dari media komunikasi massa ke media sosial konvergen. 

penting bahwa kita tidak jatuh ke dalam perangkap media lama / media baru. titik lain yang harus dibuat adalah kebutuhan untuk berhati-hati dalam interpretasi yang terlalu negatif dari pengalaman media massa tradisional, atau asumsi bahwa penonton senang melihat akhir dari media massa. pernyataan kuat tentang konsekuensi positif dari media sosial konvergen dan munculnya budaya media partisipatif dapat ditemukan di John Hartley Digital Futures for Media and Cultural Studies (Hartley 2012).

Sabtu, 30 Juni 2018

MUTED GROUP THEORY Of Cheris Kramarae

Menurut Kramarae dan ahli teori feminist yang lain, Pemikiran kaum wanita tidak dinilai sama sekali. Dan ketika kaum wanita coba menyuarakan ketidaksetaraan ini, kontrol komunikasi yang dikuasai oleh paham maskulin cenderung tidak menguntungkan para wanita. Dan bahasa yang diciptakan oleh kaum pria “diciptakan dengan berpretensi, tidak menghargai dan meniadakan kaum wanita.” Wanita oleh karenanya menjadi kelompok yang terbungkam (muted group).

MUTED GROUP: LOBANG HITAM DI ALAM SEMESTA ORANG LAIN
Ide bahwa wanita adalah grup yang terbungkam, pertama kali diusulkan oleh antropolog sosial Universitas Oxford Edwin Ardner. Didalam monografi dia "kepercayaan dan masalah wanita". Istrinya Shirley Ardener, ia mulai menyadari bahwa kebungkaman disebabkan oleh kurangnya kekuatan yang menyerang kelompok mana pun yang menempati ujung bawah tiang totem. Muted Group adalah orang-orang yang termasuk kelompok berkekuatan rendah yang harus mengubah bahasa mereka ketika berkomunikasi secara publik, dengan demikian, ide-ide mereka sering diabaikan (perempuan).

KEKUATAN MASKULIN UNTUK MEMBERI NAMA PENGALAMAN
Kramarae juga berasumsi bahwa wanita dan pria memandang dunia secara berbeda dikarenakan mereka memiliki pengalaman dan aktivitas yang berbeda dalam pembagian kerja mereka. Kendala lain bagi kaum wanita adalah tidak memadainya kosakata yang tersedia bagi wanita untuk mengutarakan atau mengekspresikan apa yang ada di dalam benak mereka, apa-apa yang mereka inginkan, mengekspresikan pengalaman mereka. 

SPEAKING WOMEN'S TRUTH IN MEN'S TALK: MASALAH TERJEMAHAN
Dengan asumsi dominasi maskulin dari komunikasi publik menjadi kenyataan saat ini, Kramae menyimpulkan bahwa "untuk berpartisipasi dalam masyarakat harus mengubah model mereka sendiri dalam hal sistem ekspresi laki-laki yang diterima" seperti bicara bahasa kedua, terjemahan ini proses membutuhkan usaha yang konstan dan biasanya membuat wanita bertanya-tanya apakah dia mengatakan "benar". seorang penulis wanita mengatakan pria dapat "mengatakannya dengan benar".

SPEAKING OUT IN PRIVATE: BERHUBUNGAN DENGAN WANITA
Relief susan pada kesempatan untuk berbicara bebas dengan dekan perempuan lainnya menggambarkan prinsip utama teori grup yang diredam. Kramarae menyatakan bahwa "perempuan cenderung menemukan cara untuk mengekspresikan diri di luar mode publik yang dominan dari ekspresi yang digunakan oleh laki-laki baik dalam konvensi verbal dan perilaku nonverbal mereka.

SEXUAL HARASSMENT: COINING A TERM TO LABEL EXPERIENCE
Sexsual harassment adalah pengenaan persyaratan seksual yang tidak diinginkan dalam konteks hubungan kekuasaan yang tidak setara. Ann Burnett mengidentifikasi kebingungan serupa dan tidak berdaya terkait dengan date rape. Date rape adalah aktivitas seksual yang tidak diinginkan dengan kenalan, teman, atau pasangan romantis. Menurut Kramarae, ketika sexual harassment pertama kali digunakan dalam sebuah kasus di tahun 1970an, itu adalah satu-satunya istilah hukum yang didefinisikan oleh perempuan. 

CO-CULTURAL THEORY: BAGAIMANA MUTED GROUP BERBICARA PADA DOMINANT GROUPS
Profesor Mark Orbe menemukan 3 tujuan umum.
  1.  Assimilation. atau membaur dengan dominant grup.
  2. Separation. atau meminimalkan kontak apapun dengan dominant grup.
  3. Accomodation. atau mencoba membujuk budaya dominant untuk " ubah peraturan maka mereka menggabungkan pengalaman hidup" pada muted grup.


CONTOH JURNAL: 

Kajian Opini Perempuan Pasca Relokasi (Studi Pada Perempuan Kalijodo di Rusun Pulogebang)
1.PENDAHULUAN 
Dewasa ini, perempuan masih menjadi kelompok yang termarjinalkan. Kenyataan tersebut juga tidak jauh berbeda dalam fenomena sosial sehari-hari. Pada kehidupan nyata— dimanakaum hawatelah banyak disibukkan dengan urusan rumah tangga—para perempuan juga turut terkena dampak dari regulasi pemerintahan setempat. Beragam upaya perbaikan dan pembenahan yang berkesinambungan dikerjakan pemerintah provinsi (pemprov) DKI Jakarta khususnya di bawah kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama sedikit banyaknya juga turut memberikan andil atas kurang berdayanya perempuan untuk menyalurkan pendapatnya. Salah satu upaya penertiban kawasan liar yang diproyeksikan sebagai lahan terbuka menjadikan warga—dan juga kaum perempuan di kawasan yang dimaksud—semakin terbatas ruang geraknya, khususnya dalam menyikapi kebijakan pemerintah, termasuk warga perempuan yang dahulu menetap di kawasan Kalijodo (Jakarta Barat) dengan mayoritas berperan sebagai ibu rumah tangga dan juga bekerja disektor informal.

2. METODE PENELITIAN
Riset ini menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus kualitatif memiliki ciri bahwa peneliti menghabiskan waktunya di lapangan. Ketika peneliti terjun langsung serta terlibat dengan berbagai aktivitas dan operasi kasus yang diteliti, peneliti juga merefleksikan dan merevisi makna-makna yang bermunculan dari fenomena yang diamati. Studi kasus adalah suatu strategi riset, penelaahan empiris yang menyelidiki suatu gejala dalam latar kehidupan nyata. Secara umum, seperti halnya pada tujuan penelitian lain, pada dasarnya peneliti yang menggunakan metode penelitian studi kasus bertujuan untuk memahamiobjek yang ditelitinya.

3.PEMBAHASAN.
Riset ini menetapkan Mariamah sebagai narasumber utama (key informant). Ibu Mariamah telah menjadi ketua Rukun Tetangga (RT) selama puluhan tahun di Kalijodo dan juga selama menetap di Rusunawa Pulogebang (RPG). Selama menghabiskan 40 tahun lebih hidupnya di Kalijodo, Mariamah mengepalai kurang lebih 100 kepala keluarga. Perempuan (single parent) berusia 58 tahun yang memiliki empat orang anak dan beberapa cucu ini, Mariamah sudah menjadi ikon (simbol) yang kuat di kalangan warga di Kalijodo dengan perannya sebagai ketua RT selama puluhan tahun.

4. KESIMPULAN.
Peneliti menjawab rumusan masalah dari hasil penelitian yang didapatkan bahwasanya opini perempuan yang terdampak dari program penertiban pemukiman (relokasi) kawasan Kalijodo (Jakarta Barat) menguatkan Teori Kelompok Bungkam. Para perempuan belum terlalu ‘berani’ (frontal) menyikapi program atau kebijakan yang diterapkan yang belum sesuai dengan aspirasi warga perempuan. Disamping hal tersebut, kaum perempuan yang menjadi kelompok minoritas juga masih harus tunduk (menyesuaikan) dengan kebijakan yang ditetapkan pengelola (kelompok mayoritas).

Daftar Pustaka:

Jumat, 29 Juni 2018

STANDPOINT THEORY of Sandra Harding & Julia T. Wood

Harding adalah seorang filsuf sains yang memegang janji bersama dalam studi, pendidikan, dan filsafat perempuan di University of California, Los Angels. Standpoit adalah sebuah tempat dimana cara kita memandang dunia di sekitar kita. Sinonim untuk Standpoint termasuk viewpoint, perspecktive, outlook, dan position. 

STANDPOINT SEORANG FEMINIST BERAKAR PADA FILOSOFI DAN LITERATUR
Pada tahun 1807, seorang filosofi Jerman bernama Georg Hegel menganalisis  hubungan antara majikan-budak untuk menunjukkan bahwa apa yang orang tahu tentang diri mereka, orang lain, dan masyarakat akan sangat tergantung pada lingkungan dimana mereka berada saat itu. Majikan dan budak akan memiliki perspektif yang berbeda meskipun mereka berada pada situasi atau realitas yang sama.
Mengikuti jejak Hegel, Karl max dan Friedrich Engels dirujuk ke proletarian standpoint. Mereka menyarankan bahwa kaum miskin yang menyediakan modal keringat adalah orang-orang yang ideal dalam masyarakat, selama mereka memahami perjuangan kelas di mana mereka terlibat. Standpoint theory juga berkaitan dengan pandangan posmodernisme. 

PEREMPUAN SEBAGAI KELOMPOK MARGINAL
Teori standpoint melihat perbedaan penting antara laki laki dan perempuan. Wood menggunakan teori relational dialectic tentang autonomy connectedness. Bahwa laki-laki dianggap lebih otonom sementara perempuan dianggap lebih suka membangun hubungan dengan orang lain. Yang berkuasa, tidak ingin banyak tahu tentang marginal karena ingin pertahankan status quo (kestabilan), sedangkan marginal lebih banyak ingin tahu tentang pandangan orang yang berkuasa.
Harding dan Wood cepat untuk memperingatkan terhadap pemikiran perempuan sebagai kelompok monolitik. Mereka berkata tidak semua wanita mempunyai standpoint yang sama. Selain masalah gender, menekankan kondisi ekonomi, ras dan  orientasi seksual adalah tambahan identitas budaya yang dapat membawa seseorang ke tengah atau mengucilkan orang tersebut dari lingkungannya. 

PENGETAHUAN DARI SEKARANG ADA VERSUS PENGETAHUAN LOKAL
Stanpoint sangat penting, karena Harding berpendapat "kelompok sosial yang mendapat kesempatan untuk mendefinisikan problematika penting, konsep, asumsi, dan hipotesis di suatu bidang akan berakhir meninggalkan sidik jari sosialnya pada gambaran dunia yang muncul dari hasil dari proses penelitian lapangan itu". Harding dan ahli teori standpoint yang lain bersikeras bahwa tidak ada kemungkinan perspektif yang tidak bias yang tidak memihak, tidak memihak, bebas nilai, atau terlepas dari sejarah tertentu.

STORY OBJECTIVITY: KURANGNYA PANDANGAN PARSIAL DARI STANDPOINT OF WOMEN
Strong objectivity adalah strategi menilai penelitian dari kehidupan perempuan dan kelompok marginal lain yang minat dan pengalamannya biasanya terabaikan. Alasan Wood kedua untuk mendukung standpoint pada kelompok yang terus-menerus merosot bahwa mereka memiliki sedikit alasan untuk mempertahankan status quo. tidak demikian bagi mereka yang memiliki kekuatan. Dia menegaskan "kelompok yang diuntungkan oleh sistem yang berlaku memiliki kepentingan dalam tidak melihat ketidakadilan sosial yang menguntungkan mereka dengan mengorbankan orang lain"

THE STANDPOINT PADA FEMINIST BERKULIT HITAM
lokasi sosial yang berbeda itu berarti bahwa cara perempuan kulit hitam untuk mengetahui berbeda dari epistemologi sudut pandang Harding dan Wood. Menggunakan kata-kata Collins dari bukunya Black Feminist Thought menggambarkan empat cara dia mengatakan wanita kulit hitam secara kolektif memvalidasi apa yang mereka ketahui.
 1. Pengalaman hidup sebagai standar kriteria makna.
 2. Penggunaan dialog salam menilai pengetahuan.
 3. Etika kepedulian.
 4. Etika akuntabilitas (pertanggungjawaban) pribadi. 

CONTOH JURNAL:

SUARA PEREMPUAN DI MEDIA CETAK SEBAGAI KOMUNIKASI POLITIK (ANALISIS FRAMING SUARA POLITISI PEREMPUAN DALAM KASUS HUKUM PANCUNG TKI DI KOMPAS)
1.PENDAHULUAN
Keterlibatan para perempuan dalam dunia politik bukan merupakan jalan yang mudah karena kemapanan kultur patriarki yang ada télah menjadi ideologi dalam kehidupan politik yang sukar untuk dilebur. Ideologi kultur patriarki yang mengkotak-kotakkan perin dan arena perempuan dan laki-laki memunculkan unsur ketidakadilan. Secara umum masalah yang dihadapi perempuan di Indonesia adalah ketidakadilan yang bersumber pada dominasi kekuasaan laki-laki terhadap perempuan. Ketidakadilan ini lalu memunculkan kekerasan, diskriminasi, stereotip, dan beban ganda. (Kusumaatmadja, 2007: 87). Menurut Febiana Rima dalam tulisannya "Politik Sebagai Tindakan Komunikasi dan Peran Perempuan", Kultur patriarki telah mengakibatkan terjadinya ketidakadilan bukan hanya pada perempuan namun juga pada kemanusiaan. (Nugroho. 2011:218).

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan paradigma knitis konstruktivisme (critical constuctionism), Paradigma kritis konstruktivisme ini berkembang Frankfurt School yang kemudian telah menggabungkan antara teori konflik dan teori simbolik interaksionisme yang keduanya menjadi latar belakang munculnya teori kritikal konstruksionisme tersebut. Terlihat jelas bahwa keadaan sosial dan budaya di tengah masyarakat ini adalah tidak dikarenakan terbentuk oleh budaya yang mempengaruhi mereka yakni budaya patriarki. zaman terjadi dengan sendirinya namun Budaya yang menempatkan posisis laki-laki sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atau sebagai kaum borjuis yang memiliki kekuasaan tinggi dengan kepentingan-kepentingannya. Berdasarkan keadaan ini, maka posisi perempuan kembali dipertegaskan berada di posisi kedua atau sebagai kaum proletar yang tingkat kekuasaannya sangat rendah begitu juga dengan kepentingan- kepentingannya Menurut Milton M. Campos, kritis konstruktivisme merupakan penggabungan antara konstruktivisme yang dilihat dengan kritis epistemologi Terjadinya penggabungan ide tersebut berhubungan dengan bagaimana orang berinteraksi dengan lingkungan sosial dan dampak struktur kekuasaan dalam masyarakat.

3. PEMBAHASAN
Jumlah penduduk Indonesia yang berkisar 200 ribu jiwa memberikan tempat keempat sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat Populasi yang besar berimbas pada kebutuhan tempat tinggal dan tentunya kebutuhan ekonomi. Sayangnya, jumlah tersebut didominasi oleh masyarakat ekonomi rendah yang tidak memiliki pendidikan dan keahlian. Dapat dibayangkan dengan jumlah anggota keluarga yang besar dan himpitan harga yang tinggi serta keahlian yang minim, akan mendesak setiap warga negara Indonesia memutar otaknya mencari jalan keluar untuk memenuhi kebutuharn ekonomi keluarganya Ketidaktersediaan lapangan pekerjaan yang memadai di negaranya sendirilah yang membawa warga negara Indonesia melink negara lain sebagai tempat mereka mengais rezeki. Dengan keahlian yang minim dan pendidikan rendah, sebagian besar dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tersebut mencari pekerjaan di bidang domestik atau menjadi Pekerja Rumah Tangga (PRT) Kebutuhan negara-negara tetangga atas sumber daya manusia seakan gayung bersambut dengan kebutuhan lahan pekerjaan yang ada. Sebagian besar TKI memilih negara dengan basis Islam sebagai tempat tujuan mereka seperti Malaysía dan Arab Saudi Data darıi Kompas menunjukkan jumlah yang signifikan atas kedua negara, per tahun 2010 jumlah TKI ke Malaysia berjumlah 116.056 sementara ke Arab Saudi sebesar 228 890. Jumlah di kedua negara tersebut lebih besar dibandingkan dengan negara tujuan lainnya seperti Taiwan, Singapura, Hongkong, Korea, UEA, Qatar dan Oman (28 6/2011),

4. KESIMPULAN
Penelitian yang berjudul 'Suara Perempuan di Media Cetak Sebagai Komunikasi Politik' dengan melakukan analisis framing suara politisi perempuan pada kasus 'Hukum Pancung TKI Ruyati' yang dapat dirumuskan sebagai berikut Ruyati di Kompas menghasilkan beberapa Frame politisi perempuan di dalam Kompas sebagai figur yang tidak terlalu dipentingkan, yang dibuktikan dengan penempatan narasumber politisi perempuan yang tidak berada di lead berita (pada paragraph awal), dan dipilih untuk membuat berita "laku di pasaran. Selain itu teks berita tidak didukung gambar foto politisi perempuan dalam berita "Hukum Pancung TKI Ruyati". Perempuan belum dianggap sebagai isu utama dan hanya diliput sebagai pelengkap dalam pemberitaan. Frame yang dilakukan Kompas terhadap poltisi perempuan tersebut sesuai dengan teori Feminist Standpoint yang berpendapat perempuan seperti dalam kelas ekonomi merupakan kelas bawah dalam sistem patriarki. Hasil analisis mengukuhkan perempuan sebagai kelas bawah (proletar) yang berada di bawah hegemoni kaum elit (penguasa), dalam hal ini Kompas sebagai sebuah.

Daftar Pustaka:

Rabu, 30 Mei 2018

NARRATIVE PARADIGM Of Walter Fisher

Fisher yakin bahwa semua bentuk komunikasi yang masuk akal, dilihat dari cerita yang dibentuk dari sejarah, budaya, dan karakter. Mungkin beberapa dari kita, mengingatkan kita pada masa lalu, cerita yang sudah kita ceritakan kepada orang lain itulah karakter utama kita. Phatic communication, Fisher menganggap hampir semua jenis komunikasi termasuk cerita. Phatic Communication adalah komunikasi yang ditujukan untuk menjaga hubungan daripada menyampaikan informasi atau mengatakan sesuatu yang baru.

NARRATION AND PARADIGM: MENDEFINISIKAN ISTILAH
Fisher mendefinisikan Narration sebagai "aksi simbolik-kata atau perbuatan yang memiliki konsekuensi dan arti hidup bagi mereka, membangun, atau menginterprstasikan mereka. Paradigm sebuah kerangka konsep; sebuah model universal untuk melihat peristiwa melalui lensa interpretif umum. 

PARADIGM SHIFT: DARI DUNIA RASIONAL KE DUNIA NARATIF
Fisher melihat filosofis dan teknik diskusi sebagai pengetahuan standar. Ia menyebutnya pola pikir Relational-world paradigm yaitu, Pendekatan ilmiah atau filosofis terhadap pengetahuan yang menganggap orang logis, membuat keputusan yang berdasarkan bukti dan alur argumen.  
Fisher beranggapan bahwa relational-world paradigm terlalu terbatas. Dia menyebutnya untuk Conceptual Framework (paradigm shift)  yang baru agar lebuh mengerti komunikasi antar manusia. Narrative Paradigm yang terbuat dari 5 anggapan yang serupa dengan Relational-world Paradigm,

  1. Orang pada dasarnya adalah pendongeng.
  2. Kita membuat keputusan berdasarkan alasan yang baik, tergantung dari situasi komunikasi, media, dan genre (filosofi, teknik, retorik, atau artistic)
  3. Sejarah, biografi, budaya, dan karakter yang menentukan apa yang kita anggap sebagai alasan yang baik.
  4. Rasionalitas naratif adalah yang di tentukan dengan koheren dan kesetiaan dalam cerita kita.
  5. Dunia adalah seperangkat cerita yang kita pilih, dan dengan demikian terus menciptakan kembali, hidup kita.

NARRATIVE RATIONALY: KOHEREN DAN KESETIAAN
Narrative Rasionaly yaitu suatu jalan untuk evaluasi kisah-kisah berharga berdasarkan dua standar dari naratif koheren dan naratif kesetiaan. 

Narrative Coherence: Apakah Cerita Keduanya Menggantung?
Narrative Cohorence konsistensi internal dengan karakter yang bertindak dengan cara yang andal: ceritanya tergantung bersama. Kisah-kisah saling berbenturan ketika kita yakin bahwa narator tidak meninggalkan rincian penting, memalsukan fakta, atau mengabaikan interpretasi yang masuk akal lainnya. Kita sering menilai koherensi naratif dan membandingkannya dengan cerita lain yang pernah didengar yang berhubungan dengan tema yang sama. 

Narrative Fidelity: Apakah Kisahnya Benar dan Manusiawi?
Narrative Fidelity adalah kualitas cerita yang menyebabkan kata-kata untuk menyerang akord yang responsif dalam kehidupan pendengar. Fisher menyarankan ada sebuah Ideal Audience atau masyarakat tetap yang mengidentifikasi nilai-nilai manusiawi yang diwujudkan oleh sebuah kisah yang baik. Ideal Audience adalah sebuah komunitas aktual yang ada dari waktu ke waktu yang percaya pada nilai-nilai kebenaran, baik, keindahan, kesehatan, kebijaksanaan, keberanian, kesederhanaan, pengadilan, harmoni, ketertiban, komuni, pertemanan, dan kesatuan dengan kosmos.

DRAMATISM Of Kenneth Burke

Kenneth Burke dengan hati-hati menganalisis bahasa yang digunakan oleh pembawa pidato dan author sehingga dia dapat memahami motivasi di balik pesan mereka. Dramatism adalah sebuah teknik analisis bahasa dan pemikiran yang pada dasarnya adalah mode aksi sebagai sarana penyampaian informasi. 

THE DRAMATISTIC PENTAD: SEBUAH LENSA UNTUK MENAFSIRKAN TINDAKAN VERBAL
Dramatistic Pentad dari Burke ini metode paling dikenal untuk mencari tau motif di balik pesan. Alat kritik dapat dibedakan sebagai motif seorang pembicara atau penulis dengan melabeli lima elemen kunci dari drama manusia: akting (act), adegan (scene), agen (agent), agensi (agency), dan tujuan (purpose).

God-Term. Burke percaya kata yang di gunakan pembawa pidato semua kata positifnya harus berguna. Pilihan kritik label untuk lima kategori harus dibatasi oleh bahasa yang sebenarnya dipilih. 
Devil-Term. istilah yang merangkum semua pembicara yang menganggapnya sebagai buruk, salah atau jahat.
Philosophical Assumptions. lebih dari teori apapun, Burke menarik ratusan koneksi antara ide teoretisnya dan berbagai literatur, sejarah, politik, sosiologi, filsafat, dan agama. ketika sebuah pesan salah satu dari lima istilah mengorbankan empat dari lainnya, kritikus berasumsi secara sadar atau tidak sadar, pembicara berbagi bahasa dan asumsi dari filosofi yang sesuai.

  • Act. untuk mengilustrasikan apa yang telah dilakukan.
  • Scene. public speaking yang menekankan pengaturan dan keadaan, merendahkan, kehendak bebas, dan mencerminkan situasi sikap determinisme.
  • Agent. suatu pesan akan terisi dengan referensi untuk diri sendiri, pikiran, semangat, dan tanggung jawab pribadi.
  • Agency. deskripsi panjang tentang metode atau teknik mencerminkan "get-the-job-done" yang muncul dari pikiran pembicara pragmatisme.
  • Purpose. diskusi tentang tujuan pesan untuk menunjukkan keinginan yang kuat dari pihak pembicara untuk kesatuan atau makna tertinggi dalam kehidupan, yang merupakan keprihatinan umum mistisisme.
  • Ratio. kepentingan relatif dari dua istilah "pentad" yang sebagaimana ditentukan oleh hubungan mereka. Burke melakukan ini melihat dari ratio atau hubungan antara dua istilah "pentadic". contohnya, jika pembicara menempatkan tekanan yang sama pada kedua sisi rasio agen-tindakan ketika menceritakan kisah seorang perempuan, kita dapat menyimpulkan bahwa apa yang dia lakukan sudah konsisten dengan karakternya.

BAHASA SEBAGAI ASAL MUASAL RASA BERSALAH
Burke menggunakan kata guilt sebagai istilah catchcall untuk menutupi setiap bentuk ketegangan, kecemasan, rasa malu, jijik, dan perasaan berbahaya lainnya yang ia yakini melekat dalam setiap aktivitas yang menggunakan simbol manusia. Frase terakhir, "Rotten with Perfection" sebuah contoh sebutan Burke perspective by incongruity yaitu menarik perhatian kebenaran dengan menghubungkan dua istilah disonan atau discrepant.

THE GUILT-REDEMPTION CYCLE: MOTIF UNIVERSAL UNTUK RETORIKA
Burke berkata bahwa pembawa pidato (speaker) atau penulis (author) mempunyai dua kemungkinan cara untuk menghilangkan rasa bersalah. Deskripsi secara teologis sebagai mortification, yaitu mengaku bersalah dan meminta pengampunan. Karena jauh lebih mudah bagi orang-orang untuk menyalahkan masalah mereka pada orang lain, Burke menyarankan kita untuk mencari tanda-tanda korban (victimage) dalam setiap tindakan retoris. Victimization adalah proses penamaan musuh eksternal sebagai sumber semua penyakit pribadi atau publik: mengambinghitamkan.

IDENTIFICATION: TANPANYA, TIDAK ADA PERSUASI
Identifikasi adalah landasan bersama yang ada antara pembicara dan audiens. Burke berkata bahwa identifikasi bekerja dengan dua cara. Adaptasi audiens tidak hanya memberikan kesempatan bagi penginjil untuk mempengaruhi penonton, tetapi juga membantu pengkhotbah untuk masuk ke dalam arus budaya. Tapi identifikasi kedua arah tidak akan pernah lengkap. Tapi, tanpa identifikasi tidak akan ada persuasi.

RHETORICAL CRITIQUE USING DRAMATISTIC INSIGHT
banyak kritikus retoris dalam komunikasi telah mengadopsi teknik kritik sastra Burke untuk menginformasikan pemahaman mereka tentang peristiwa publik tertentu. 

Malcom X, "The Ballot or the Bullet"
Martin Lutner King Jr., Malcom X adalah salah satu pembawa pidato paling berpengaruh pada tahun 1960-an. Dengan melihat retorika publik sebagai upaya untuk membangun tatanan sosial tertentu, Kenneth Burke membantu mengungkapkan kekuatan "The Ballot of the Bullet". Malcolm menggambarkan Amerika sebagai sebuah bangsa yang menjanjikan kesetaraan yang penuh, martabat dan kebebasan bagi semua warganya, namun orang Amerika Afrika tidak pernah menerima hak kesulungan mereka. Judul pidato, "The Ballot of the Bullet" mengacu pada pengertian, atau agen, di mana agen-Afrika-Amerika dapat bertindak sebagai warga negara untuk mencapai tujuan kesetaraan, martabat dan kebebasan. Dalam drama kehidupan Afrika-Amerika, "Black Nationalism" berfungsi sebagai god-term yang mewujudkan gerakan semangat. Sebaliknya, "white man" adalah devil-term yang melambangkan semua orang menentang kesetaraan, martabat, dan kebebasan bagi semua.

Minggu, 27 Mei 2018

THE RHETORIC Of Aristotle

RHETORIC: MEMBUAT PERSUASI MENJADI MUNGKIN
Aristotle melihat fungsi dari rhetoric adalah sebagai penemu dalam setiap kasus tentang sarana persuasi yang ada. Menurut Aristotle, ada 3 klasifikasi situasi pidato berdasarkan cara pandang penonton yaitu, yang pertama Courtroom (forensic) speaking, adalah contoh dari pengadilan retorik yang memusatkan bersalah atau tidak. Kedua, Ceremonial (epideictic) speaking, menumpuk pujian atau menyalahkan yang lain untuk kepentingan penonton. Ketiga, Political (deliberative) speaking, mencoba untuk mempengaruhi legislator atau pemilih yang memutuskan kebijakan di masa depan. Aristotle juga mengklasifikasikan retorik sebagai rekan dari dialectic. Dialectic adalah pencari kebenaran: retorik mencoba untuk mendemonstrasikan kebenaran yang telah di temukan. Dialistic setuju dengan kepastian: Dialistic setuju dengan adanya kemungkinan. Menurut Aristotle perbedaan terakhir ini sangat penting, retorik adalah seni menemukan cara untuk membuat suatu kebenaran terlihat lebih memungkinkan, untuk penonton yang tidak sepenuhnya yakin.

RHETORICAL PROOF: LOGOS, ETHOS, PATHOS
Menurut Aristotle, persuasi yang ada bisa jadi artistic or inartistic. Artistic adalah bukti internal yang mengandung logis, etis atau daya tarik emosional. Inartistic adalah bukti eksternal pembicara yang tidak membangun. Ada tiga jenis dari Artistic Proof: 
1. Logical (logos): Bukti logis yang berasal dari argumen dalam pidato.
2. Ethos (etis): Datang dari karakter pembicara terlihat melalui pesan.
3. Pathos (emotional): Bukti emosional, berasal dari persaan pembawa pidato untuk menarik para pendengar.

Pada tahun 2000, Sarjana Amerika memilih Martin Luther King Jr.'s "I Have a Dream" sebagai pidato terbesar abad ke-20. 

Bukti Logis: Baris Argumen yang Masuk Akal 
Aristotle memfokuskan pada dua bentuk dari logos yaitu Ethymeme dan Example. untuk mengilustrasikan, ahli logika mungkin menciptakan silogisme berikut dari salah satu garis pemikiran King:
Mayoritas premis umum: All people are created aqual.
Minoritas spesifik premis: I am a person.
Kesimpulan: I am equal to other people. 

Bukti Etis: Sumber Kredibilitas yang Dirasakan
Menurut Aristotle, Pidato yang dapat dipercaya saja tidak cukup. Seorang pembicara harus terlihat kredible juga. Dalam retorik, mengidentifikasikan ada 3 kualitas yang membangun kredibilitas yang tinggi:
Perceived Intelligence. (kecerdasan yang dapat dirasakan) audiens menilai kecerdasan oleh tumpang tindih antara keyakinan mereka dan ide pembicara.
Virtuous Character. image seorang pembawa pidato sebagai orang yang baik dan jujur.
Goodwill. penilaian positif dari niat pembawa pidato terhadap penonton.

Bukti Emosional: Menyerang Perasaan yang Responsif
Demikian, Aristotle mengemukakan teori Pathos. Phatos adalah bukti emosional yang berasal dari perasaan pembawa pidato untuk menarik para pendengar. Jika nasihat Aristotle terdengar akrab, itu mungkin tanda bahwa sifat manusia tidak banyak berubah dalam 2,300 tahun akhir.
Anger versus Mildness. (kemarahan vs kelembutan)
Love or Friendship versus Hatred. (Cinta atau Persahabatan vs Kebencian)
Fear versus Confidence. (Ketakutan vs Kepercayaan)
Indignation versus Pity. (Kejengkelan vs Belas Kasihan)
Admiration versus Envy. (Kekaguman vs Iri Hati)

THE FIVE CANONS OF RHETORIC
Para praktisi mensintesiskan kata-katanya ke dalam empat standar yang berbeda untuk mengukur kualitas seorang pembicara.
Invention. untuk menghasilkan enthymeme dan contoh yang efektif, pembawa pidato harus memiliki pengetahuan yang lengkap tentang subjek dan garis umum yang ia sampaikan serta mampu menyampaikan pidatonya dengan alasan umum untuk semua jenis pidato.
Arrangement. Menurut Aristotle, pembawa pidato harus menghindari rencana yang rumit dalam organisasi
Style. Aritotle yakin bahwa metaphor memiliki kebaikan, manis, dan kekuatan.
Delivery. Penonton menolak cara penyampaian yang terlihat direncanakan atau dipentaskan.
Memory. Sebagai seorang pembawa pidato yang baik harus bisa membawakan pidato tanpa teks dan harus mengeksplorasi segala informasi yang ia simpan di dalam kepalanya

Contoh Jurnal:
ANALISIS RETORIKA PADA PEMBENTUKAN PERSONAL
BRANDING SANDIAGA UNO SEBAGAI PEMIMPIN PUBLIK
PILKADA 2017

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana Analisis Retorika Pada Pembentukan Personal Branding Sandiaga Uno sebagai Pemimpin Publik Pilkada 2017 dalam rekaman video tayangan di Youtube yang berjudul “Orasi Sandiaga Uno Penetapan Nomer” . Berkaitan dengan hal tersebut peneliti menggunakan teori Retorika menurut Aristoteles yaitu ethos, pathos, logos untuk menganalisis retorika yang digunakan Sandiaga Uno, lalu diklasifikasikan dengan Delapan Konsep Dalam Personal Branding (The Eight Laws of Personal Branding) menurut Peter Montoya, 2002 untuk mengetahui pembentukan Personal Branding Sandiaga Uno.

BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang Masalah
    Secara terminologi. retorika dikenal dengan istilah "The art of speaking" yang artinya "seni di dalam berbicara atau bercakap". Sandiaga Uno menggunakan retorika dan teknik penyampaiannya dengan baik, Sehingga masyarakat terpengaruh dan yakin untuk memilih Anies-Sandi sebagai Gubernur DKI, karena masyarakat mengganggap mereka dapat membawa Jakarta kearah perubahan baru seperti motto yang mereka sampaikan dalam kampanye mereka yaitu “Oke Oce!”. 
   Setiap proses komunikasi politik yang berlangsung, komunikator politik harus mampu untuk menyampaikan ide-ide, pendapat, harapan, proram kerja dan bahkan kritik atas realitas sosial politik yang mengitari proses politik untuk membentuk percakapan politik di tengah masyarakat. Pesan politik yang disampaikan oleh komunikator politik komunikator dipercaya mampumempengaruhi opini publik dan membentuk personal branding komunikator politik. 

1.2 Rumusan Masalah. 
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas mengenai Pengaruh Retorika dalam pembentukkan Personal Branding dapat mempersuasi masyarakat, penulis ingin mengetahui Bagaimana Analisis Retorika Sandiaga Uno Terhadap Personal Branding Sebagai Pemimpin Publik Pemilu 2017?.

1.3 Tujuan Penelitian 
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana Analisis Retorika Pada Pembentukan Personal Branding Sandiaga Uno sebagai Pemimpin Publik Pilkada 2017 dalam mempengaruhi opini dan persepsi masyarakat.

1.4 Manfaat Peneltian 
1.4.1 Manfaat Teoritis 
Kaitkan dengan teori atau konsep dengan retorika dan elemen-elemen personal branding 
1.4.2 Manfaat Praktis. 
Dapat memberikan evaluasi bagi speaker terkait dengan Retorika dan pembentukan Personal Branding Speaker dalam berkampanye.

BAB II 
KERANGKA PEMIKIRAN 

2.1 Tinjauan Pustaka Terkait Dengan Penelitian Sebelumnya. 
2.1.1 Tabel Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai retorika dalam pembentukan personal branding telah dilakukan oleh beberapa orang. Sebelum masuk kepada tinjauan pustaka pada bab II maka perlu diketahui penelaah terhadap beberapa penelitian sebelumnya. Pada bab ini peneliti akan memaparkan lima penelitian jurnal terdahulu terkait dengan retorika. Pertama adalah penelitian dari Nicki Hardyanti dengan judul “Analisis Retorika Dalam Kampanye Pemilukada DKI Jakarta 2012” (Studi Kualitatif Analisis Retorika Jokowi – Ahok Dalam Debat Kampanye Pemilukada DKI Jakarta 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa diksi retoris dalam pidato Presiden Soeharto dimaksudkan untuk membuat pembaca terpersuasi oleh penulis, sesuai dengan yang diharapkan oleh penulis.

BAB III 
METODOLOGI
3.1Metodoligi Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini biasanya dilakukan oleh para peneliti dibidang sosial dan juga dibidang yang menyoroti masalah terkait dengan perilaku dan peranan manusia. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkapkan dan memahami suatu dibalik fenomena. Hal ini dikarenakan metode penelitian kualitatif mampu memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit di diungkapkan pada metode kuantitatif.

3.2 Objek Penelitian 
Objek penelitian ini berfokus dari rekaman video tayangan yang diselenggarakan di Youtube yang berjudul “Orasi Sandiaga Uno Penetapan Nomer” Di Publish oleh Dudi Iskandar 25 Oktober 2016. https://www.youtube.com/watch?v=Y1wkY0hA23s&list=LLthrv0z_y4_-- 2h10GCuwNA

BAB IV 
PEMBAHASAN 
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.
Sandiaga Uno memulai usahanya setelah sempat menjadi seorang pengangguran ketika perusahaan yang mempekerjakannya bangkrut. Bersama rekannya, ia mendirikan sebuah perusahaan di bidang keuangan, PT Saratoga Advisor. Usaha tersebut terbukti sukses dan telah mengambil alih beberapa perusahaan lain . Pada tahun 2009, ia tercatat sebagai orang terkaya urutan ke-29 di Indonesia menurut majalah Forbes. Tahun 2011, Forbes kembali merilis daftar orang terkaya di Indonesia. Ia menduduki peringkat ke-37 dengan total kekayaan US$ 660 juta .

4.2 Hasil Penelitian 
4.2.1 Hasil Analisis Retorika 
  1.  Logos Disebut juga bukti logis. Logos menarik sisi rasional dari manusia, dan bergantung pada kemampuan pendengar dalam memproses informasi (Larson, 50 1983: 30).  Dalam bukti logis, argument memiliki struktur dalam pembentukannya. Struktur argument terbaik menjadi dua jenis, yaitu inductive argument dan deductive argument.
  2. Ethos Yang kedua merupakan ethos, atau yang dikenal sebagai sumber kredibilitas. Kredibilitas pada faktanya didapat karena individu tersebut mendapatkan hak untuk berbicara.
  3. Pathos atau bukti emosional. Mempersuasi orang secara emosional lebih cepat diterima dari pada secara logika. Emosi yang paling sering digunakan adalah rasa takut. 
4.3 Pembahasan 
Pada pembahasan ini akan membahas narasi dari video orasi Sandiaga Uno. Berikut adalah Narasi Video Orasi Sandiaga Uno, bersumber dari Youtube yang berjudul “Orasi Sandiaga Uno Penetapan Nomer” Di Publish oleh Dudi Iskandar 25 Oktober 2016. https://www.youtube.com/watch?v=Y1wkY0hA23s&list=LLthrv0z_y4_-- 2h10GCuwNA

“Dan saya ingin memberikan kesempatan kepada bang Sandi untuk meneruskan paparan silahkan..” “Terimakasih Mas Anis, Bismillahirohmanirohim bagi kami pilkada bukanlah tempat bertarung, untuk memecah belah. Pilkada adalah perayaan kebersamaan. Bagi kami pilkada bukanlah lapangan untuk saling jegal, pilkada adalah kesempatan untuk maju bersama. Karena itulah salam kami adalah salam besama, mengangkat tangan kanan setinggi bahu dengan lima jari lalu berucap dengan penuh ajakan persahabatan, salam bersama....'"

BAB V 
KESIMPULAN 
5.1 Simpulan. 
Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah bahwa Sandiaga Uno dalam Video Orasi Penetapan Nomor ini, mereka memahami dan menerapkan elemen-elemen penting dalam membangun keberhasilan sebuah retorika dan berhasil dalam membentuk personal branding pemimpin publik pada pilkada 2017. Dari penelitian yang didapat, Sandiaga Uno berhasil menerapkan aplikasi dari konsep elemen-elemen pembentukan personal branding yaitu Spesialisasi (The Law of Specialization), Kepemimpinan (The Law of Leadership), Kepribadian (The Law of Personality), Perbedaan (The Law of Distinctveness), The Law of Visibility, Kesatuan (The Law of Unity) sehingga membentuk sebuah personal branding sebagai pemimpin publik. 

5.2 Saran. 
5.2.1 Saran Akademis. 
Penelitian selanjutnya harus membahas harus menggali lebih dalam apanya lagi Saran akademik yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini yaitu perlu dikembangkan lagi pada referensi pustaka mengenai retorika dan pembentukan personal branding. 

5.2.2 Saran Praktis. 
Peneliti juga menyarankan sebaiknya adanya penambahan sumber referensi ataupun sumber teori yang berkaitan dengan Public Speaking (retorika). 

Selasa, 22 Mei 2018

TEORI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Communication Accomodation Theory
Face-Negotiation Theory
Speech Codes
Strategi Akomodasi Teori: Convergence & Divergence
Tipe Budaya:
Collectivistic & Individualistic
Kekhasan Speech Codes: Proposisi 1: Dimanapun ada Budaya yang Khas, Disana pasti ada Speech Codes yang di temukan
Perbedaan Motivasi Antara Convergence & Divergence: Teori Identitas Sosial & Orientasi Awal
Tipe Self – Construal:
Interdependent & Independen
Berbagai Macam Speech Codes:
Proposisi 2: Di Komunitas Pidato Tertentu, Berbagai Speech Codes dikerahkan
Penerimaan Evaluasi dari Convergence & Divergence: Akomodasi Objektif VS Subjektif & Teori Atribusi
Tipe Face Maintance:
Face Concern, Face Restoration & Face – Giving
Substansi Speech Codes:  Propsisi 3: Speech Codes Melibatkan Budaya yang Khas Psychology, Sociology & Rhetoric

Gaya Prediksi dalam Konflik Manajemen: Avoiding, Obliging, Compromising, Dominating, Integrating, Emotional Expression, Passive Aggressive & Third – Party Help
Interprestasi Speech Codes:
Proposisi 4:  signifikansi pembicara tergantung pada pidato yang digunakan oleh pembicara dan pendengar untuk membangun dan menafsirkan komunikasi mereka

Faktor yang  Rumit:
Power Distance & Perceived Threats
Situs Speech Codes:
Proposisi 5: istilah, aturan, dan premis dari suatu kode pidato tidak dapat dipisahkan untuk berbicara sendiri

Facework antar Budaya yang Kompeten: Knowledge, Mindfulness & Interaction Skill
Kekuatan Speech Code dalam Berdiskusi:
Proposisi 6: Penggunaan Speech Code Bersama adalah Kondisi yang Cukup untuk Memprediksi, Menjelaskan, dan Mengendalikan Wacana Tentang Kejelasan, Kehati-hatian, dan Moralitas Perilaku Komunikasi.