Sabtu, 30 Juni 2018

MUTED GROUP THEORY Of Cheris Kramarae

Menurut Kramarae dan ahli teori feminist yang lain, Pemikiran kaum wanita tidak dinilai sama sekali. Dan ketika kaum wanita coba menyuarakan ketidaksetaraan ini, kontrol komunikasi yang dikuasai oleh paham maskulin cenderung tidak menguntungkan para wanita. Dan bahasa yang diciptakan oleh kaum pria “diciptakan dengan berpretensi, tidak menghargai dan meniadakan kaum wanita.” Wanita oleh karenanya menjadi kelompok yang terbungkam (muted group).

MUTED GROUP: LOBANG HITAM DI ALAM SEMESTA ORANG LAIN
Ide bahwa wanita adalah grup yang terbungkam, pertama kali diusulkan oleh antropolog sosial Universitas Oxford Edwin Ardner. Didalam monografi dia "kepercayaan dan masalah wanita". Istrinya Shirley Ardener, ia mulai menyadari bahwa kebungkaman disebabkan oleh kurangnya kekuatan yang menyerang kelompok mana pun yang menempati ujung bawah tiang totem. Muted Group adalah orang-orang yang termasuk kelompok berkekuatan rendah yang harus mengubah bahasa mereka ketika berkomunikasi secara publik, dengan demikian, ide-ide mereka sering diabaikan (perempuan).

KEKUATAN MASKULIN UNTUK MEMBERI NAMA PENGALAMAN
Kramarae juga berasumsi bahwa wanita dan pria memandang dunia secara berbeda dikarenakan mereka memiliki pengalaman dan aktivitas yang berbeda dalam pembagian kerja mereka. Kendala lain bagi kaum wanita adalah tidak memadainya kosakata yang tersedia bagi wanita untuk mengutarakan atau mengekspresikan apa yang ada di dalam benak mereka, apa-apa yang mereka inginkan, mengekspresikan pengalaman mereka. 

SPEAKING WOMEN'S TRUTH IN MEN'S TALK: MASALAH TERJEMAHAN
Dengan asumsi dominasi maskulin dari komunikasi publik menjadi kenyataan saat ini, Kramae menyimpulkan bahwa "untuk berpartisipasi dalam masyarakat harus mengubah model mereka sendiri dalam hal sistem ekspresi laki-laki yang diterima" seperti bicara bahasa kedua, terjemahan ini proses membutuhkan usaha yang konstan dan biasanya membuat wanita bertanya-tanya apakah dia mengatakan "benar". seorang penulis wanita mengatakan pria dapat "mengatakannya dengan benar".

SPEAKING OUT IN PRIVATE: BERHUBUNGAN DENGAN WANITA
Relief susan pada kesempatan untuk berbicara bebas dengan dekan perempuan lainnya menggambarkan prinsip utama teori grup yang diredam. Kramarae menyatakan bahwa "perempuan cenderung menemukan cara untuk mengekspresikan diri di luar mode publik yang dominan dari ekspresi yang digunakan oleh laki-laki baik dalam konvensi verbal dan perilaku nonverbal mereka.

SEXUAL HARASSMENT: COINING A TERM TO LABEL EXPERIENCE
Sexsual harassment adalah pengenaan persyaratan seksual yang tidak diinginkan dalam konteks hubungan kekuasaan yang tidak setara. Ann Burnett mengidentifikasi kebingungan serupa dan tidak berdaya terkait dengan date rape. Date rape adalah aktivitas seksual yang tidak diinginkan dengan kenalan, teman, atau pasangan romantis. Menurut Kramarae, ketika sexual harassment pertama kali digunakan dalam sebuah kasus di tahun 1970an, itu adalah satu-satunya istilah hukum yang didefinisikan oleh perempuan. 

CO-CULTURAL THEORY: BAGAIMANA MUTED GROUP BERBICARA PADA DOMINANT GROUPS
Profesor Mark Orbe menemukan 3 tujuan umum.
  1.  Assimilation. atau membaur dengan dominant grup.
  2. Separation. atau meminimalkan kontak apapun dengan dominant grup.
  3. Accomodation. atau mencoba membujuk budaya dominant untuk " ubah peraturan maka mereka menggabungkan pengalaman hidup" pada muted grup.


CONTOH JURNAL: 

Kajian Opini Perempuan Pasca Relokasi (Studi Pada Perempuan Kalijodo di Rusun Pulogebang)
1.PENDAHULUAN 
Dewasa ini, perempuan masih menjadi kelompok yang termarjinalkan. Kenyataan tersebut juga tidak jauh berbeda dalam fenomena sosial sehari-hari. Pada kehidupan nyata— dimanakaum hawatelah banyak disibukkan dengan urusan rumah tangga—para perempuan juga turut terkena dampak dari regulasi pemerintahan setempat. Beragam upaya perbaikan dan pembenahan yang berkesinambungan dikerjakan pemerintah provinsi (pemprov) DKI Jakarta khususnya di bawah kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama sedikit banyaknya juga turut memberikan andil atas kurang berdayanya perempuan untuk menyalurkan pendapatnya. Salah satu upaya penertiban kawasan liar yang diproyeksikan sebagai lahan terbuka menjadikan warga—dan juga kaum perempuan di kawasan yang dimaksud—semakin terbatas ruang geraknya, khususnya dalam menyikapi kebijakan pemerintah, termasuk warga perempuan yang dahulu menetap di kawasan Kalijodo (Jakarta Barat) dengan mayoritas berperan sebagai ibu rumah tangga dan juga bekerja disektor informal.

2. METODE PENELITIAN
Riset ini menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus kualitatif memiliki ciri bahwa peneliti menghabiskan waktunya di lapangan. Ketika peneliti terjun langsung serta terlibat dengan berbagai aktivitas dan operasi kasus yang diteliti, peneliti juga merefleksikan dan merevisi makna-makna yang bermunculan dari fenomena yang diamati. Studi kasus adalah suatu strategi riset, penelaahan empiris yang menyelidiki suatu gejala dalam latar kehidupan nyata. Secara umum, seperti halnya pada tujuan penelitian lain, pada dasarnya peneliti yang menggunakan metode penelitian studi kasus bertujuan untuk memahamiobjek yang ditelitinya.

3.PEMBAHASAN.
Riset ini menetapkan Mariamah sebagai narasumber utama (key informant). Ibu Mariamah telah menjadi ketua Rukun Tetangga (RT) selama puluhan tahun di Kalijodo dan juga selama menetap di Rusunawa Pulogebang (RPG). Selama menghabiskan 40 tahun lebih hidupnya di Kalijodo, Mariamah mengepalai kurang lebih 100 kepala keluarga. Perempuan (single parent) berusia 58 tahun yang memiliki empat orang anak dan beberapa cucu ini, Mariamah sudah menjadi ikon (simbol) yang kuat di kalangan warga di Kalijodo dengan perannya sebagai ketua RT selama puluhan tahun.

4. KESIMPULAN.
Peneliti menjawab rumusan masalah dari hasil penelitian yang didapatkan bahwasanya opini perempuan yang terdampak dari program penertiban pemukiman (relokasi) kawasan Kalijodo (Jakarta Barat) menguatkan Teori Kelompok Bungkam. Para perempuan belum terlalu ‘berani’ (frontal) menyikapi program atau kebijakan yang diterapkan yang belum sesuai dengan aspirasi warga perempuan. Disamping hal tersebut, kaum perempuan yang menjadi kelompok minoritas juga masih harus tunduk (menyesuaikan) dengan kebijakan yang ditetapkan pengelola (kelompok mayoritas).

Daftar Pustaka:

Jumat, 29 Juni 2018

STANDPOINT THEORY of Sandra Harding & Julia T. Wood

Harding adalah seorang filsuf sains yang memegang janji bersama dalam studi, pendidikan, dan filsafat perempuan di University of California, Los Angels. Standpoit adalah sebuah tempat dimana cara kita memandang dunia di sekitar kita. Sinonim untuk Standpoint termasuk viewpoint, perspecktive, outlook, dan position. 

STANDPOINT SEORANG FEMINIST BERAKAR PADA FILOSOFI DAN LITERATUR
Pada tahun 1807, seorang filosofi Jerman bernama Georg Hegel menganalisis  hubungan antara majikan-budak untuk menunjukkan bahwa apa yang orang tahu tentang diri mereka, orang lain, dan masyarakat akan sangat tergantung pada lingkungan dimana mereka berada saat itu. Majikan dan budak akan memiliki perspektif yang berbeda meskipun mereka berada pada situasi atau realitas yang sama.
Mengikuti jejak Hegel, Karl max dan Friedrich Engels dirujuk ke proletarian standpoint. Mereka menyarankan bahwa kaum miskin yang menyediakan modal keringat adalah orang-orang yang ideal dalam masyarakat, selama mereka memahami perjuangan kelas di mana mereka terlibat. Standpoint theory juga berkaitan dengan pandangan posmodernisme. 

PEREMPUAN SEBAGAI KELOMPOK MARGINAL
Teori standpoint melihat perbedaan penting antara laki laki dan perempuan. Wood menggunakan teori relational dialectic tentang autonomy connectedness. Bahwa laki-laki dianggap lebih otonom sementara perempuan dianggap lebih suka membangun hubungan dengan orang lain. Yang berkuasa, tidak ingin banyak tahu tentang marginal karena ingin pertahankan status quo (kestabilan), sedangkan marginal lebih banyak ingin tahu tentang pandangan orang yang berkuasa.
Harding dan Wood cepat untuk memperingatkan terhadap pemikiran perempuan sebagai kelompok monolitik. Mereka berkata tidak semua wanita mempunyai standpoint yang sama. Selain masalah gender, menekankan kondisi ekonomi, ras dan  orientasi seksual adalah tambahan identitas budaya yang dapat membawa seseorang ke tengah atau mengucilkan orang tersebut dari lingkungannya. 

PENGETAHUAN DARI SEKARANG ADA VERSUS PENGETAHUAN LOKAL
Stanpoint sangat penting, karena Harding berpendapat "kelompok sosial yang mendapat kesempatan untuk mendefinisikan problematika penting, konsep, asumsi, dan hipotesis di suatu bidang akan berakhir meninggalkan sidik jari sosialnya pada gambaran dunia yang muncul dari hasil dari proses penelitian lapangan itu". Harding dan ahli teori standpoint yang lain bersikeras bahwa tidak ada kemungkinan perspektif yang tidak bias yang tidak memihak, tidak memihak, bebas nilai, atau terlepas dari sejarah tertentu.

STORY OBJECTIVITY: KURANGNYA PANDANGAN PARSIAL DARI STANDPOINT OF WOMEN
Strong objectivity adalah strategi menilai penelitian dari kehidupan perempuan dan kelompok marginal lain yang minat dan pengalamannya biasanya terabaikan. Alasan Wood kedua untuk mendukung standpoint pada kelompok yang terus-menerus merosot bahwa mereka memiliki sedikit alasan untuk mempertahankan status quo. tidak demikian bagi mereka yang memiliki kekuatan. Dia menegaskan "kelompok yang diuntungkan oleh sistem yang berlaku memiliki kepentingan dalam tidak melihat ketidakadilan sosial yang menguntungkan mereka dengan mengorbankan orang lain"

THE STANDPOINT PADA FEMINIST BERKULIT HITAM
lokasi sosial yang berbeda itu berarti bahwa cara perempuan kulit hitam untuk mengetahui berbeda dari epistemologi sudut pandang Harding dan Wood. Menggunakan kata-kata Collins dari bukunya Black Feminist Thought menggambarkan empat cara dia mengatakan wanita kulit hitam secara kolektif memvalidasi apa yang mereka ketahui.
 1. Pengalaman hidup sebagai standar kriteria makna.
 2. Penggunaan dialog salam menilai pengetahuan.
 3. Etika kepedulian.
 4. Etika akuntabilitas (pertanggungjawaban) pribadi. 

CONTOH JURNAL:

SUARA PEREMPUAN DI MEDIA CETAK SEBAGAI KOMUNIKASI POLITIK (ANALISIS FRAMING SUARA POLITISI PEREMPUAN DALAM KASUS HUKUM PANCUNG TKI DI KOMPAS)
1.PENDAHULUAN
Keterlibatan para perempuan dalam dunia politik bukan merupakan jalan yang mudah karena kemapanan kultur patriarki yang ada télah menjadi ideologi dalam kehidupan politik yang sukar untuk dilebur. Ideologi kultur patriarki yang mengkotak-kotakkan perin dan arena perempuan dan laki-laki memunculkan unsur ketidakadilan. Secara umum masalah yang dihadapi perempuan di Indonesia adalah ketidakadilan yang bersumber pada dominasi kekuasaan laki-laki terhadap perempuan. Ketidakadilan ini lalu memunculkan kekerasan, diskriminasi, stereotip, dan beban ganda. (Kusumaatmadja, 2007: 87). Menurut Febiana Rima dalam tulisannya "Politik Sebagai Tindakan Komunikasi dan Peran Perempuan", Kultur patriarki telah mengakibatkan terjadinya ketidakadilan bukan hanya pada perempuan namun juga pada kemanusiaan. (Nugroho. 2011:218).

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan paradigma knitis konstruktivisme (critical constuctionism), Paradigma kritis konstruktivisme ini berkembang Frankfurt School yang kemudian telah menggabungkan antara teori konflik dan teori simbolik interaksionisme yang keduanya menjadi latar belakang munculnya teori kritikal konstruksionisme tersebut. Terlihat jelas bahwa keadaan sosial dan budaya di tengah masyarakat ini adalah tidak dikarenakan terbentuk oleh budaya yang mempengaruhi mereka yakni budaya patriarki. zaman terjadi dengan sendirinya namun Budaya yang menempatkan posisis laki-laki sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atau sebagai kaum borjuis yang memiliki kekuasaan tinggi dengan kepentingan-kepentingannya. Berdasarkan keadaan ini, maka posisi perempuan kembali dipertegaskan berada di posisi kedua atau sebagai kaum proletar yang tingkat kekuasaannya sangat rendah begitu juga dengan kepentingan- kepentingannya Menurut Milton M. Campos, kritis konstruktivisme merupakan penggabungan antara konstruktivisme yang dilihat dengan kritis epistemologi Terjadinya penggabungan ide tersebut berhubungan dengan bagaimana orang berinteraksi dengan lingkungan sosial dan dampak struktur kekuasaan dalam masyarakat.

3. PEMBAHASAN
Jumlah penduduk Indonesia yang berkisar 200 ribu jiwa memberikan tempat keempat sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat Populasi yang besar berimbas pada kebutuhan tempat tinggal dan tentunya kebutuhan ekonomi. Sayangnya, jumlah tersebut didominasi oleh masyarakat ekonomi rendah yang tidak memiliki pendidikan dan keahlian. Dapat dibayangkan dengan jumlah anggota keluarga yang besar dan himpitan harga yang tinggi serta keahlian yang minim, akan mendesak setiap warga negara Indonesia memutar otaknya mencari jalan keluar untuk memenuhi kebutuharn ekonomi keluarganya Ketidaktersediaan lapangan pekerjaan yang memadai di negaranya sendirilah yang membawa warga negara Indonesia melink negara lain sebagai tempat mereka mengais rezeki. Dengan keahlian yang minim dan pendidikan rendah, sebagian besar dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tersebut mencari pekerjaan di bidang domestik atau menjadi Pekerja Rumah Tangga (PRT) Kebutuhan negara-negara tetangga atas sumber daya manusia seakan gayung bersambut dengan kebutuhan lahan pekerjaan yang ada. Sebagian besar TKI memilih negara dengan basis Islam sebagai tempat tujuan mereka seperti Malaysía dan Arab Saudi Data darıi Kompas menunjukkan jumlah yang signifikan atas kedua negara, per tahun 2010 jumlah TKI ke Malaysia berjumlah 116.056 sementara ke Arab Saudi sebesar 228 890. Jumlah di kedua negara tersebut lebih besar dibandingkan dengan negara tujuan lainnya seperti Taiwan, Singapura, Hongkong, Korea, UEA, Qatar dan Oman (28 6/2011),

4. KESIMPULAN
Penelitian yang berjudul 'Suara Perempuan di Media Cetak Sebagai Komunikasi Politik' dengan melakukan analisis framing suara politisi perempuan pada kasus 'Hukum Pancung TKI Ruyati' yang dapat dirumuskan sebagai berikut Ruyati di Kompas menghasilkan beberapa Frame politisi perempuan di dalam Kompas sebagai figur yang tidak terlalu dipentingkan, yang dibuktikan dengan penempatan narasumber politisi perempuan yang tidak berada di lead berita (pada paragraph awal), dan dipilih untuk membuat berita "laku di pasaran. Selain itu teks berita tidak didukung gambar foto politisi perempuan dalam berita "Hukum Pancung TKI Ruyati". Perempuan belum dianggap sebagai isu utama dan hanya diliput sebagai pelengkap dalam pemberitaan. Frame yang dilakukan Kompas terhadap poltisi perempuan tersebut sesuai dengan teori Feminist Standpoint yang berpendapat perempuan seperti dalam kelas ekonomi merupakan kelas bawah dalam sistem patriarki. Hasil analisis mengukuhkan perempuan sebagai kelas bawah (proletar) yang berada di bawah hegemoni kaum elit (penguasa), dalam hal ini Kompas sebagai sebuah.

Daftar Pustaka: